MAKNA MINAL AIDIN WAL FAIZIN
Hampir setiap orang, baik yang merayakan hari Raya Idul Fithri atau tidak, semua mengucapkan kalimat diatas, sebagai ungkapan hormat kepada sesama. tapi sedikit sekali yang faham dan tahu persis apa kandungan maknanya dalam ucapan tersebut diatas.
Minal Aidin wal Faizin adalah dua kosa kata yang terdiri dari Aidin jamaknya kalimat Aid, yang mempunyai arti kembali atau berulang-ulang dan kata yang kedua adalah Faizin jamaknya kalimat Faiz, yang berarti orang yang beruntung atau yang berbahagia.
Sebenarnya dua kalimat itu tidak berdiri sendiri tapi keduanya diawali dengan JAALANA ALLAHU, dua kata juga, yang pertama : Jaalana mempunyai arti semoga kita dijadikan di golongkan, yang kedua Allah; sehingga semuanya kalau dirangkai secara keseluruhan adalah JAALANA ALLAHU MINAL AIDIN WAL FAIZIN, makna dan artinya adalah semoga Allah menjadikan dan menggolongkan kita termasuk orang-orang yang kembali dan orang-orang yang beruntung dan bahagia.
Inilah makna yang benar jika kita menulis dan membacanya dengan benar, tapi jika membaca dan menulisnya tidak benar maknanya menjadi lain, seperti yang sering kita lihat dibanyak ucapan selamat hari raya, baik dalam media cetak; Majalah, Koran dan kartu lebaran atau media lain seperti TV, Computer atau lainnya, dengan menulis MINAL AIDZIN WAL FAIZIN atau MINAL AIDZIN WAL FAIDZIN, tulisan yang pertama agak lumayan karena kata yang kedua : Wal Faizin; artinya dan yang Beruntung atau berbahagia, tapi selain itu baik yang pertama atau kedua dimana keduanya memakai kata Aidzin berarti maknanya orang-orang yang minta pertolongan, sementara Faidzin tidak ditemukan maknanya.
Mengapa kata-kata itu yang banyak diucapkan sebagai ucapan selamat berhari raya Idul Fithri atau lebaran?, karena kedua kata itu mengandung do’a yang makna dan artinya sangat mendalam; semoga Allah menjadikan dan menggolongkan kita termasuk orang-orang yang kembali dan orang-orang yang beruntung dan bahagia.
Yang pertama : Do’a semoga kita tergolong orang-orang yang kembali, kembali ke mana? Ke sorga?, kalau kita tilik hadits Rasul Allah SAW. yang artinya : “ Barang siapa puasa Ramadlan dan melakukan shalat Tarawih, Maka akan diampuni (semua) dosa-dosanya, sehingga dia kembali seperti bayi yang dilahirkan oleh ibunya” HR. Imam Nasa’i dan Ibnu Majah, maka jelas maksudnya dia akan kembali ke fitrahnya; kesucian tanpa dosa. Dan yang kedua : Do’a semoga kita tergolong orang-orang yang beruntung atau berbahagia, Puasa yang sempurna adalah puasanya orang-orang yang tidak hanya mampu menahan lapar dan dahaga, dari waktu imsak sampai maghrib, tapi juga mampu menahan dan mengendalikan hawa nafsu.
Al-Qur’an telah menegaskan bahwa Hawa nafsu adalah cenderung mangajak kepada kejahatan : “ Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku” QS. Yusuf : 53. Dan Rasul Allah telah menegaskan juga bahwa memerangi nafsu adalah termasuk jihad yang paling besar, oleh karena itulah orang yang mampu memerangi hawa nafsunya adalah tergolong orang yang beruntung dan bahagia.
Sebetulnya orang-orang yang berpuasa dengan melaksanakan puasanya dengan sebaik-sebaiknya dengan tanpa melupakan shalat Tarawih, mereka sudah mendapatkan anugerah Allah sebagai orang-orang yang Aidin, kembali kepada fithrah ketika ia dilahirkan ibunya dan orang yang beruntung dan berbahagia.
Itulah mengapa do’a yang diucapkan kepadanya adalah dengan menggunakan fiil madhi; Jaala artinya Allah sudah menjadikan dan menggolongkan mereka pada dua golongan tersebut.
Kemudian lantas bagaimana dalam menjawab ucapan tersebut?, Ada perbedaan dalam menjawabnya, orang kita menjawab dengan Terimakasih, ada yang dengan wal Maqbulin (yang diterima amal perbuatannya), tapi kalau di Arab, khususnya Arab Saudi mereka menjawab : Wa Anta kadzalik, artinya semoga kamu juga seperti itu, Wallahu A’lamز