Sabtu, 10 November 2018

Mengungkap Fakta Menarik Mengenai Hari Pahlawan



Jejak NUsantara - Setiap tahunnya pada tanggal 10 November, bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan.

Hari Pahlawan mengingatkan akan salah satu pertempuran perang paling hebat yang pernah terjadi di dalam sejarah Indonesia.

Pertempuran ini terjadi setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Pertempuran ini merupakan simbol nasionalisme bangsa Indonesia yang melakukan perlawanan terhadap kolonialisme.

Peristiwa 10 November 1945 ini dimulai dari Kota Surabaya, Jawa Timur.

Berikut fakta menarik mengenai Hari Pahlawan:

1. Pertempuran tanggal 10 November di Kota Surabaya

Pertempuran pertama setelah Indonesia Merdeka, dan menjadi salah satu pertemouran yang paling dahsyat yang pernah terjadi dalam sejarah Indonesia

2. Kedatangan Tentara Inggris dan Belanda

Tentara Inggris yang tergabung dalam Allied Force Netherlands East Indies (AFNEI) datang ke Indonesia dengan misi mengembalikan Indonesia kepada administrasi pemerintahan Belanda sebagai negara jajahan Hindia Belanda.

Belanda yang tidak terima kedaulatan Indonesia, mereka membonceng AFNEI dan Netherlands Indies Civil Administration (NICA).

Hal inilah yang memicu gejolak rakyat Indonesia untuk melakukan perlawanan terhadap AFNEI dan NICA.

3. Hati Rakyat menjadi terluka dan Marah

Belanda di bawah pimpinan Mr. W.V.Ch Ploegman pada 19 September 1945 mengibarkan bendera Belanda tanpa persetujuan Pemerintah RI daerah Surabaya.

Bendera Belanda dikibarkan di Hotel Yamato, pada sisi sebelah utara.

Keesokan harinya, rakyat Surabaya marah. Mereka menganggap Belanda telah menghina kedaulatan Indonesia dan melecehkan gerakan pengibaran bendera Merah Putih yang berkobar do Surabaya.

4. Perundingan yang Rumit dan Menegangkan

Residen Sudirman, pejuang dan diplomat yang menjabat sebagai Wakil Residen (Fuku Syuco Gunseikan), yang masih diakui pemerintahan Dai Nippon Surabaya Syu, sekaligus sebagai residen Daerah Surabaya Pemerintahan RI.

Sebagai perwakilan RI, dia berunding dengan Mr. Ploegman, dan meminta agar bendera Belanda segera diturunkan daru tiang yang berada di Hotel Yamato.

Dalam perundingan ini Ploegman menolak untuk menurunkan bendera Belanda, dan meonolak untuk mengakui kedaulatan Indonesia.

Perundingan berlangsung memanas dan terjadilah perkelahian dalam ruang perundingan.

Ploegman tewas dalam pertikaian tersebut, sementara Sudirman dan Haryono melarikan diri keluar Hotel Yamoto.

5. Keberanian dan Aksi Nekat Para Pemuda

Haryono yang sebelumnya keluar, masuk kembali bersama Kusno Wibowo dan beberapa pemuda lainnya untuk menurunkan bendera Belanda.

6.Perang 27 Oktober 2018

Pada tanggal 27 Oktober 1945 terjadilah pertempuran pertama antara Indonesia melawan terntara AFNEI.

Pertempuran itu memakan banyak korban dari pihak Indonesia maupun Inggris.

Akhirnya, Inggris meminta bantuan kepada Soekarno melalui D.C. Hawthorn untuk meredakan emosi rakyat Surabaya.

7. Matinya Sang Jendral Inggris, Brigjen A.W.S Mallaby

Brigjen A.W.S Mallaby merupakan pemimpin pasukan Inggris yang berada di Jawa Timur.

Mobil yang ditumpangi Mallaby berpapasan dengan sekelompok misili Indonesia yang akan melewati jembatan merah.

Kesalahpahaman menyebabkan terjadinya tembak menembak yang berakhir mengakibatkan tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby.

8. Amarah Pemuda Surabaya setelah Inggris Main AQncam

Setelah Brigjen Mallaby tewas, Inggris dipimpin Mayor Jenderal Robert Mansergh yang mengeluarkan ultimatum bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia harus meletakkan senjata dan menyerahkan diri.

Batas ultimatum adalah jam 06.00 pagi, tanggal 10 November 1945.

Ultimatum tersebut ditolak oleh pihak Indonesia, karena dianggap sebagai penghinaan bagi para pejuang dan rakyat yang telah membentuk badan-badan perjuangan.

9. Pemuda-pemuda nekat yang berani mati

Pagi harinyam, 10 November 1945 pemuda-pemuda Surabaya, TKR< pembantu PETA dan sukarelawan Surabaya turun ke medan perang.

Bung Tomo dan Gub.Surya berpidato: "Berlegendaris dan Pusaka untuk Rakyat Surabaya" untuk membakar semangat dan jiwa kepatriot Surabaya.

10. Para Santri yang menjadi Bagian Tidak Terpisahkan

Dilansir Tribunnews.com dari BANGKAPOS.com, Tokoh-tokoh agama dari kalangan ulama serta kyai-kyai pondok di pulau

Jawa (khususnya Jawa Timur) seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Hasbullah serta kyai-kyai pesantren lainnya juga mengerahkan santri-santri mereka dan masyarakat sipil sebagai milisi perlawanan.

11. Inggris Mengakui Kehebatan Perlawanan Rakyat Surabaya

Inggris adalah salah satu negara militer terkuat dari abad sebelum masehi.

Pada akhirnya Inggris mengakui kekuatan dan kehebatan Rakyat Surabaya.

Setelah berakhirnya pertempuran 10 November 1945, seluruh masyarakat Indonesia bangkit dan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia.(*)

Kamis, 08 November 2018

CPNS - Standar Passing Grade Terlalu Tinggi,' Akademisi : Kalau Jokowi & Prabowo Ikut, Bisa Tidak Lolos


    
JejakNUsantara: Pengarahan sebelum ujian CAT CPNS di Batam, Jumat (26/10/2018) - TRIBUNBATAM.id/ROMA ULY SIANTURI
TRIBUNBATAM.id - Tingginya ambang batas atau passing grade Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) CPNS 2018 menuai banyak kritikan dan komentar dari sejumlah kalangan.
Sebagian menuding pemerintah membuat kebijakan keterlaluan dengan menetapkan passing grade kelulusan yang 'kejam' tanpa memperhatikan kondisi psikologis dan geografis daerah peserta.
"Kalaulah untuk menjadi calon presiden harus ikut tes seperti model CAT SKD CPNS tahun 2018 ini dengan soal yang sama, maka Jokowi dan Prabowo, bisa saja keduanya juga tidak lulus," ujar dosen UIN Ar Raniry, Budi Azhari seperti dikutip Serambinews.com dari akun Facebook-nya, Senin (5/11/2018).
Menurut Budi, untuk dapat lulus Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) tersebut peserta harus memenuhi passing grade.
Untuk Tes Karakteristik Pribadi (TKP) 143, Tes Intelegensia Umum (TIU) 80 dan Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) 75.
Jika salah satu tidak memenuhi, maka peserta dinyatakan gagal.
"Bisa saja, walaupun Jokowi cukup nilai TKP dan TWK tapi gagal di Tes Intelegensia Umum. Sedangkan Prabowo tinggi nilai TIU dan TWK tapi tidak cukup nilai tes Karakteristik Pribadi, atau sebaliknya," sebutnya.
Karena itu, sebut Budi, bagi peserta yang belum beruntung dan tidak lewat tes SKD CPNS diharapkan jangan bersedih.
"Karena soal seleksi kompetensi dasar CPNS kali ini memang sulit, namanya saja "dasar" padahal soalnya sulit, dan juga pemerintah menetapkan passing grade yang relatif tinggi," sebutnya.
Menurut analisis dosen UIN Ar Raniry ini pada soal wawasan kebangsaan/TWK, sebagian besar soal menuntut kemampuan C4, C5 dan C6 (teori taksonomi Bloom).
Jadi wajar jika soalnya sulit, karena menuntut kemampuan analisis, sintesis, dan evaluasi.
Sedangkan pada tes karakteristik pribadi, soal-soalnya juga kurang memperhatikan standar norma/nilai kepribadian yang berlaku di masing-masing daerah.
"Pertanyaan sederhananya, apakah dengan nilai TKP rendah, kita memiliki karakteristik kepribadian yang buruk atau rusak? Tentu tidak!" ujarnya.
Menurutnya negara hadir dengan memaksakan nilai/norma yang sama berlaku untuk seluruh warga Indonesia.
Padahal Pancasila sendiri lahir dari kebhinekaan kehidupan berbangsa.
Sehingga banyak peserta tes terjebak dengan nilai/norma yang selama ini berlaku di lingkungannya dan tidak sesuai dengan standar nilai/norma yang diinginkan oleh negara dalam soal tes CAT CPNS tersebut.
Ini salah satu yang membuat banyak peserta gagal pada soal TKP di seluruh daerah di Indonesia.
Selain itu, katanya, untuk mengukur sikap/kepribadian dengan tes kognitif juga masih bisa diperdebatkan.
Karenanya, kata Budi, pemerintah harus meninjau ulang berkaitan dengan kebijakannya tentang SKD CPNS tahun ini, terutama berkaitan dengan passing grade kelulusan SKD tersebut.
"Karena soal-soal tidak mungkin lagi diubah, maka ada tiga hal yang bisa dilakukan oleh pemerintahan Jokowi saat ini. Pertama; menurunkan passing grade SKD. Kedua; kelulusan ditentukan rata-rata nilai dari ketiga nilai TKP, TWK dan TIU (artinya, kurang nilai pada satu tes kompetensi tidak menggugurkan peserta). Atau yang ketiga; panitia bisa membuat rangking dari hasil tes SKD CPNS tersebut, tidak langsung menggugurkan. Agar putra-putri terbaik Indonesia di bidangnya dapat berkompetisi lebih lanjut," sebutnya.
"Bayangkan, seorang sarjana yang ahli atau memiliki kompetensi keilmuan yang baik di bidangnya, hanya karena salah satu tes CAT SKD tidak mencapai nilai yang ditentukan, kemudian tidak dapat mengikuti tes kompetisi selanjutnya pada bidangnya," imbuhnya.(*)

Rabu, 07 November 2018

Pokok - pokok kebijakan Permendesa Nomor 16 Tahun 2018 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2019

Jejak NUsantara





Klik Disini Untuk Baca/Download

Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2019, Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa






Jejak NUsantara: Kegiatan pemberdayaan masyarakat Desa yang diprioritaskan meliputi antara lain:

a.    peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan Desa;

b.    pengembangan kapasitas masyarakat Desa yang dilaksanakan di Desa setempat;

c.    pengembangan ketahanan masyarakat Desa;

d.   pengelolaan dan pengembangan sistem informasi Desa melaluipengembangan kapasitas dan pengadaan aplikasiperangkat lunak(software) dan perangkat keras(hardware) komputer untuk pendataan dan penyebaran informasi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa yang dikelola secaraterpadu;

e.    dukungan pengelolaan kegiatan pelayanan sosial dasar di bidang pendidikan, kesehatan, pemberdayaan warga miskin, pemberdayaan perempuan dan anak, serta pemberdayaan masyarakat marginal dan anggota masyarakat Desa penyandang disabilitas;

f.     dukungan pengelolaan kegiatan pelestarian lingkungan hidup;

g.   dukungan kesiapsiagaan menghadapi bencana alam dan konflik sosial serta penanganannya;

h.   dukungan permodalan dan pengelolaan usaha ekonomi produktif yang dikelola oleh BUMDesa dan/atau BUMDesa Bersama;

i.     dukungan pengelolaan usaha ekonomi oleh kelompok masyarakat, koperasi dan/atau lembaga ekonomi masyarakat Desa lainnya;

j.     pendayagunaan sumberdaya alam untuk kemandirian Desa dan peningkatan kesejahteran masyarakat;

k.    penerapan teknologi tepat guna untuk pendayagunaan sumberdaya alam dan peningkatan usaha ekonomi pertanian berskala produktif;

l.     pengembangan kerja sama antar Desa dan kerja sama Desa dengan pihak ketiga; dan

m.  kegiatan pemberdayaan masyarakat Desa lainnya yang sesuai dengan kewenangan Desa dan diputuskanmelalui musyawarahDesa.

Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2019, Bidang Pembangunan



Jejak NUsantara

1.   Pengadaan, pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan sarana prasarana dasar  untukpemenuhan kebutuhan:

a.    lingkungan pemukiman;

b.    transportasi;

c.    energi; dan

d.   informasi dan komunikasi.

2.   Pengadaan, pembangunan, pengembangan, danpemeliharaan sarana prasarana pelayanan sosial dasar  untuk pemenuhan kebutuhan:

a.    kesehatan masyarakat; dan

b.    pendidikan dan kebudayaan.

3.   Pengadaan, pembangunan, pengembangan, danpemeliharaan sarana prasarana ekonomi untuk mewujudkan Lumbung Ekonomi Desa meliputi:

a.    usaha pertanian untuk ketahanan pangan;

b.    usaha ekonomi pertanian berskala produktif meliputi aspek produksi, distribusi dan pemasaran yang difokuskan kepada pembentukan dan pengembangan produk unggulan Desa dan/atau produk unggulan kawasan perdesaan; dan

c.    usaha ekonomi non pertanian berskala produktif meliputi aspek produksi, distribusi dan pemasaran yang difokuskan kepada pembentukan dan pengembangan produk unggulan Desa dan/atau produk unggulan kawasan perdesaan.

4.   Pengadaan, pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan sarana prasarana lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan:

a.    kesiapsiagaan menghadapi bencana alam dan konflik sosial;

b.    penanganan bencana alam dan bencana sosial; dan

c.    pelestarian lingkungan hidup.

5.   Pengadaan, pembangunan, pengembangan, danpemeliharaan infrastruktur dan sarana prasaranalainnya yang sesuai dengan kewenangan Desadan ditetapkan dalam Musyawarah Desa.




Tags

ARTIKELDana DesaP3MDPENDAMPINGAN DESAPolitik & Pemerintahan

ANDA MUNGKIN MENYUKAI POSTINGAN INI

Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2019, Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa

November 06, 2018

Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2019, Bidang Pembangunan

November 06, 2018

Ini, Tujuan Penetapan Prioritas Dana Desa Tahun 2019

Jejak Pengabdian Para Pendamping Desa




Jejak NUsantara: Begitu Dana Desa dikucurkan pada 2015, aneka kerumitan masalah muncul. Program besar ini dieksekusi tanpa ada masa transisi, misalnya sosialisasi regulasi dan penyiapan aparatur desa. Alhasil, dibutuhkan instrumen untuk mengawal pelaksanaan ini agar berjalan dengan mapan.


Salah satu instrumen itu tak lain adalah pendamping desa, dari mulai Tenaga Ahli (kabupaten), Pendamping Desa (kecamatan), dan Pendamping Lokal Desa (desa). Di luar itu juga ada pendamping kawasan perdesaan, yakni pendamping yang menginisiasi kerjasama antardesa sehingga terbentuk kawasan perdesaan (jumlahnya saat ini sekitar 120 orang).

Pada 2015 baru 10 ribu pendamping desa yang bisa diaktifkan, dan sekarang telah mencapai 39 ribu (TA, PD, PLD) untuk mendampingi hampir 75 ribu desa. Mereka menjadi salah satu tulang punggung pelaksanaan program Dana Desa. Melakukan supervisi dari sejak perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan desa.

Melaksanakan seleksi terhadap pendamping desa juga merupakan persoalan sendiri. Animo melimpah, jumlah pendaftar membludak. Saya membayangkan pendamping desa adalah kaum organik yang sudah berada di desa dan berjuang lama di desanya masing-masing. Mereka adalah orang yang punya cinta dan telah berkubang air mata dengan seluruh persoalan warga desa.

Pendidikan formal tak terlalu penting, bahkan tamatan SD saja cukup, sebab yang dibutuhkan adalah keterampilan pemberdayaan. Tapi, regulasi pemerintah menyulitkan ide tersebut. Penggajian mesti mengikuti standar baku yang ada, sehingga minimal pendamping mesti tamat SLTA atau sederajat. Selebihnya, saya pasrahkan proses seleksi ke PTN (Perguruan Tinggi Negeri) di masing-masing provinsi.

Selama tiga tahun ini para pendamping desa telah melakukan segalanya, sekuat-sekuatnya. Salah satu yang layak disimak adalah sepak terjang Leo Pigome. Pria dengan badan liat ini, meski agak kurus, telah membuktikan pengabdian tanpa batas.

Leo mulanya mendampingi 3 kampung (desa) di Papua. Namun, karena jumlah pendamping yang amat sedikit, ia harus mendampingi 12 kampung. Antarkampung sebagian besar terisolasi sehingga ia mesti jalan kaki, bahkan kadang sampai 30 jam. Gaji sebagai pendamping habis hanya untuk transpor dan bekal makanan, tak ada yang tersisa untuk keluarga. Hebatnya, dia sanggup menyusun rencana pengurangan korupsi dan merancang transparansi agar Dana Desa berfaedah bagi warga. Dia kumpulkan tokoh kampung dan pemuka agama untuk mengawal penggunaan Dana Desa. Ia bisa menyatukan kekuatan informal dalam program formal pemerintah. Leo nyaris paripurna sebagai pendamping.

Kurang lebih keteguhan itu pula yang didedikasikan oleh Nur Irawati, pendamping desa di Kabupaten Muaro Jambi. Ia sudah lama menjadi pendamping desa sehingga sigap mengawal perencanaan, eksekusi program, dan pengawasan Dana Desa. Musyawarah desa berhasil ia dinamisir sehingga semua yang hadir mau berbicara untuk kepentingan desa. Demikian pula penyusunan APBDesa begitu rapi dan tajam sesuai dengan kebutuhan desa. Lebih menukik lagi, Nur juga paham bahwa inti pembangunan adalah pemberdayaan warga. Oleh karena itu, ia ajari kaum perempuan untuk memanfaatkan seluruh sumber daya ekonomi yang ada di desa.

Tiap pekarangan rumah sekarang menjadi ladang ekonomi warga. Setidaknya kebutuhan sehari-hari tidak perlu dibeli lagi. Ketahanan ekonomi keluarga meningkat sehingga terdapat ruang bagi peningkatan belanja rumah tangga untuk pendidikan. Sesuai namanya, Nur telah menjadi cahaya desa.

Leo dan Nur menjadi saksi vital atas peran pendamping desa. Masih banyak lagi yang bertarung seperti mereka: menjadi tombak yang berada di lapangan. Seluruh urusan kelancaran pembangunan dan pemberdayaan desa diharapkan terpapar dari pikiran dan hati mereka. Pendeknya, mereka menjadi jantung gerakan pemberdayaan.

Tentu saja semua perkara ini tak gampang dijalani. Medan pertempuran begitu terjal. Tiap perjuangan pasti berkawan dengan aneka rintangan. Langkah tapak kaki selalu dipenuhi tusukan duri. Kerap mereka harus menginjaknya, bahkan berkali-kali, hingga kadang menciutkan nyali.

Amal kebajikan mereka tak selalu membuat seluruh pihak nyaman, apalagi bagi orang-orang yang seluruh pikiran dan hatinya diselimuti kebencian. Para pejuang desa itu kerap menerima cibiran, bahkan cacian. Dinamika itulah yang menjadi warna dari gerak pendamping desa.

Begitulah, tanpa mental dan kecakapan, pasti para pendamping itu akan terpental dari medan laga. Mereka sudah paham bahwa pejuang berbuat tidak berdasarkan harapan pujian atau takut ancaman, tapi oleh hasrat pengabdian. Demikian pula, ucapan seseorang boleh membalik atau meniadakan pekerjaan yang telah tertunaikan, tapi jejak amal tak pernah bisa dipinggirkan.

Mereka meyakini bahwa tiap perbuatan pasti akan memunculkan energi kekuatan: tangan-tangan tak tampak berayun di belakang layaknya gelombang. Dengan kesadaran penuh mereka memahami bahwa kejuangan dan kematangan akan diuji oleh beragam kesulitan, bukan aneka kemudahan. Selama ini mereka menjawab tiap cemooh tidak dengan lisan, tetapi menegakkan dengan perbuatan.

Pendamping desa itu juga mengerti bahwa mereka sedang melakoni perjalanan jauh dan terjal, sehingga itu menjadi alasan di antara mereka mesti bergandengan tangan. Jika mereka terperosok untuk menjadi pahlawan bagi dirinya sendiri, maka seluruh urusan akan dipanggul secara pribadi, lupa mengajak warga berpartisipasi, atau sekurangnya merangkul pendamping desa lainnya untuk turut memecahkan masalah. Bila ini yang terjadi, maka investasi kegagalan sedang dipersiapkan.

Dengan makin banyaknya jumlah pendamping desa, maka kerja kolaborasi harus dikedepankan, melampaui hasrat berkompetisi. Kerjasama akan menguatkan, sebaliknya mengisolasi diri akan mengempiskan pembangunan.

Akhirnya, semua hal tak ada yang sempurna, termasuk pendamping desa. Mereka telah mengerahkan segala daya yang dipunyai, namun pasti belum sesuai harapan seluruh desa dan warga desa. Ada beberapa yang mungkin menyimpang dari tugas yang mereka sandang. Tapi itu tidak akan mengurangi makna sebagian besar pendamping desa yang telah memanggul tugas dengan kemuliaan.

Pakaian mereka boleh jadi lusuh dan sepatu sobek, tapi mereka bertekad untuk tidak lembek. Pengabdi adalah kumpulan para pemenang, bukan pecundang. Pemenang untuk menegakkan misi keadilan, kesejahteraan, dan kemanusiaan.

Bersihkan hati, luruskan niat, dan kuatkan tekad. Jalan masih panjang dan mendaki, selamat berjuang para pendamping desa: sekuat-kuatnya, sehormat-hormatnya.


Oleh : Ahmad Erani Yustika

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya/Staf Khusus Presiden

Sumber : ahmaderani.com

Minggu, 04 November 2018

HUBUNGAN TNI DAN BANSER DALAM SEJARAH KEMERDEKAAN

Antara Baju loreng banser dan bendera HTI.

Barisan Pemuda Kebangsaan sebenernya sudah dimulai sejak 1920-an paska runtuhnya Turki Otsmani dan ekspansi Negara2 Eropa untuk “menguasai dunia” dan juga pastinya karena banyak kaum cendikia lahir di Indonesia seperti Ki Hajar, KH Mas Mansyur, KH Wahab Hasbullah, Tan Malaka dll
Mungkin sekarang anak-anak milenial kilafah lagi demen jelek2in Banser bahkan sampe menyoal baju doreng, ya maklum kudu diluruskan. Tapi kalo yang tua pada ikutan ya itu namanya buta sejarah ataupun udah antipati. Gpp gue bakal cerita soal ini dengan InsyaAllah runtut.

Istilah dan fakta tentara-tentaraan ini lahirnya pada saat penjajahan Jepang, dimana pada September 1942 di Jakarta diadakan konferensi para pemimpin Islam yang intinya bikin Jepang kecewa karena ternyata Islam tidak bisa dipolitisasi untuk kasi dukungan Jepang di Perang Asia.
Jepang bermaksud mengumpulkan laskar Islam yang saat itu sangat anti Belanda, digabung menjadi Laskar yang tujuannya back up Jepang di Perang Asia yang musuhnya juga Belanda sama sekutu. Oktober 1942 Tokyo sampe menugaskan Kolonel Horie Choso keliling Jawa buat riset.

Saat itu ada organisasi Islam bernama MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) yang dikomandoi Ulama Nusantara untuk melawan Politik Belanda, gabungan 13 Organisasi termasuk didalamnya NU, Muhammadiyah dan SI. HadratusSyekh Hasyim Asy’ari adalah Ketua Badan Legislatifnya.
MIAI sangat efektif membuat Belanda kacau karena MIAI memiliki banyak laskar Santri didalamnya termasuk ANO (Anshoru Nahdlatul Oelama) yang dilahirkan oleh KH Wahab Hasbullah sejak 1924 dan pada 1934 menjadi Ansor.

Jepang ingin kuasai MIAI supaya bisa dipake perang lawan sekutu
Perjalanan Kolonel Horie Choso ini menghasilkan dan menyimpulkan bahwa jika Jepang mau mendapatkan tambahan laskar, maka dekatilah Kyai-Kyai Pengasuh Pondok Pesantren di Jawa.

Walhasil Jepang membentuk: Seinendan, Keibodan dan Heiho yang nantinya dibuat untuk bela bangsa.
Jepang sangat paham kalo Ruh di Pesantren adalah Ruh Kebangsaan, menjaga tanah air tempat kelahiran adalah panji martabat tertinggi dari para Santri.
Ide Jepang bentuk laskar kebangsaan ini jelas disambut pesantren dengan positif karena demi Nusantara.
Hingga pada saatnya, 3 Oktober 1943 Jepang meresmikan PETA (Tentara Pembela Tanah Air) di Bogor dengan keanggotaan terbanyak dari Santri dan Ulama.

Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari adalah Penasehat PETA, yang juga merupakan Rais Akbar Nahdlatul Oelama.
Apakah Jepang tidak “fishy” dan tidak diketahui HadratusSyekh Hasyim Asy’ari?

Tentu tidak, beliau paham banget kalo Jepang cuma ingin memperalat PETA untuk kepentingan Tokyo bukan Indonesia. Kemudian pada 4 Desember 1944, KH Wahid Hasyim membentuk Laskar Hizbullah.
Iya, Putra Hadratus Syekh dan sekaligus Ayah dari Gus Dur adalah inisiator yang membentuk Laskar Hizbullah yang sangat masyur dalam pertempuran 10 November 1945.
Jepang kalah set dengan KH Wahid Hasyim, pusat pelatihan Heiho di Cibarusah dipakai untuk latihan Laskar Hizbullah.
Siapakah Laskar Hizbullah? Laskar Hizbullah adalah Ulama, Santri dan Pemuda Syubbanul Wathon atau ANO yang kemudian jadi GP Ansor nantinya.

Laskar Hizbullah adalah Banser!
Mari kita simak fakta sejarah berikut ini ya, biar pada paham dan siapin meme bully Banser yang baru...

Bulan Januari 1945, Masyumi yang saat itu diketuai HadratusSyekh Hasyim mengumumkan anggota dewan Pengurus Pusat Pimpinan Laskar Hizbullah dengan Ketua KH Zainul Arifin seorang Kader Ansor dari Barus Sumatera Utara dan diberikan amanat menjadi Panglima Laskar Hizbullah.
Pusat Latihan Hizbullah berada di Cibarusah dengan lahan 20 hektar disekitar perkebunan karet, dikelola oleh Konsul NU Jakarta dan instrukturnya bernama Kapten Yanagawa dari Beppan (Badan Intelejen Jepang).

Santri dari Madura dan Jawa merupakan peserta pelatihan paling awal.
Karena sangat banyak Santri yang mendaftar, bahkan proses rekrutnya sangat rapih dan pendaftar sangat banyak ditampung di banyak Masjid se-Jawa.
Di Malang juga ada Laskar yang tidak lahir dari Masyumi, didirikan oleh KH Masjkur Singosari, Santri HadratusSyekh juga.

Sabilillah.
Laskar Hizbullah yang ditempa di Cibarusah dan Laskar Sabilillah di Malang pada saatnya kelak bergabung bertempur di Surabaya pada 25 - 27 Oktober 1945 dan Perang besar 10 November 1945 yang sangat terkenal dengan “Rawe Rawe Rantas, Malang Malang Putung”
Lulusan pendidikan Laskar Hizbullah inilah cikal bakal tentara Indonesia kedepannya.
Salah satu “Harimau Hizbullah” yang sangat disegani dan ditakuti musuh adalah KH Abdullah Abbas Buntet Cirebon.
Yang melahirkan Batalyon Elit Infanteri 315/Resimen 1 Siliwangi
Ketika paska kemerdekaan, Belanda membonceng Sekutu ke Indonesia (dalih melucuti Jepang) dengan pasukan yang siap perang dan bermaksud menjajah Indonesia kembali.
Hingga lahir Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 dimana awal dari pertempuran 10 November 1945.
Paska 10 November 1945, setelah kalah di Surabaya tuh Belanda belum kapok dan kembali ke Indonesia dengan Agresi Militer II.

Pada awal 1946, Surabaya jatuh ke tangan Sekutu kembali dan pasukan Hizbullah yang banyak jadi korban di pertempuran 10 November ditarik ke Gempol.
Perjuangan Laskar Hizbullah dan Sabilillah inilah tonggak kebangkitan Indonesia setelah Proklamasi.
Seluruh komponen kelaskaran seperti PETA, eks KNIL, Laskar Daerah, Jurnalis, Barisan Pemuda dll membuahkan simpati dunia dan “bayi” Tentara Keamanan Rakyat tumbuh besar.
Bulan Juli 1946 Hizbullah melaksanakan Kongres Umat Islam di Jogja yang menghasilkan konsolidasi peleburan Laskar Hizbullah kedalam Divisi Sunan Ampel.
Laskar Hizbullah Sunan Ampel dan kelaskaran lain inilah yang pada 5 Mei 1947 bersatu bergabung ke Tentara Republik Indonesia.
Kemudian T.R.I pada 3 Juni 1947 diubah menjadi TNI.
TNI memiliki kepemimpinan kolektif dari mantan pimpinan TRI dan badan kelaskaran lain, jangan heran banyak batalyon memberontak termasuk DI/TII, Permesta, Eks Knil APRA dll.
Satu hal,.. Hizbullah Sabilillah tidak pernah berontak.
Jadi, jika sekarang kalian menyoal seragam Banser ingatlah bahwa TNI lahir jauh setelah Banser berjuang bersama Hizbullah, Sabilillah, PETA dll sebelum Indonesia ini Merdeka.