Sabtu, 14 Juli 2018

Sudut Pandang Sejarah Berdirinya Nahdlotul Ulama


JejakNUsantara- Nahdlotul Ulama didirikan bertepatan pada tanggal 16 Rajab 1344 H bertempat di Surabaya dikediaman KH. Wahab Hasbullah, pada saat itu para Ulama atau Kiai mengadakan pertemuan, diantara ulama yang hadir pada pertemuan itu adalah KH Hasyim Asy’ari, KH. Bisri Sansuri, KH. Ridlwan Abdullah, KH Asnawi, KH. Ma’sum, KH. Nawawi, KH. Nahrowi, KH. Alwi Abdul Aziz Surabaya dan lain sebagianya. Dalam pertemuan tersebut menghasilakan beberapa keputusan penting salah satunya adalah membentuk Jam’iyyah sebagai wadah persatuan para Ulama dalam tugasnya memimpin umat menuju terciptanya izzul Islam wal muslimin (Kejayaan Islam dan Muslimin), Jam’iyah ini diberi nama Nahdlatoel Oelama (NO) atau Nahdlatul Ulama (dalam ejaan yang disempurnakan). Tujuan jamiyah ini secara sigkat adalah membina terwujudnya masyarakat Islam berdasarkan akidah Ahlussunnah wal Jamaah.

Banyak buku yang menerangkan tentang latar belakang berdirinya Nahdlotul Ulama, dalam kaca mata para penulis Barat dan Indonesia dalam menulis sejarah NU didominasi dengan kajian modernis. Selian itu juga ada beberpa pandangan yang dimaktub dalam beberapa buku yag ditulis oleh kaum tradisioanalis tentang sejarah berdirinya NU itu sendiri. Dalam kajian modernis, misalkan Deliar Noer mengatakan bahwa NU sebagai gerbong perlawanan terhadap pembaharu Islam. NU adalah perluasan dari tujauan Komite Hijaz yang mana merupakan bentuk perlawanan terhadap Komite Khilafat yang didominasi oleh kaum modernis.

Munculnya komite khilafat dilatarbelakangi oleh terjadinya guncangan Daulat Turki Utsmani semenjak perang dunia I  berahir, karena adanya perebuatan kekuasaan oleh Kaum nasionalis Turki yang dipimpin oleh Mustofa Kamal Pasha. Pada tahu 1922 Majelis Raya Turki mulai menghilangkan kekuasaan Sultan diganti dengan negara Republik dan pada ahirnya majelis ini memberangus khilafat pada kepemimpinan Khalifah Abdul Majid. Peristiwa ini menjadi perhatian dunai Islam salah satunya adalah Indonesia. Masyarakat muslim Indonesia membentuk Komite Khilafat yang merupakan representasi dari organisasi-organisasi Islam yang akan mengikuti kongres tentang khilafat di Mesir pada bulan Maret 1924. Komite Khilafat ini dibentuk di Surabaya pada 04 Oktober 1924 ditunjuk sebagai ketua Wondoamiseno (Serikat Islam) dan wakilnya KH. Wahab Hasbullah. Pada kongres Al-Islam yang ketiga menyepakati untuk mengirim delegasi ke acara Kongres khilafat di Kairo Mesir yang beranggotakan Suryopranoto (Serikat Islam), Haji Fachrudin (Muhammadiyah) dan KH. Wahab Hasbullah (kaum tradisional).

Dalam perjalananya, Kongres Khilafat ditunda karena dunia Islam tertuju kepada perkembagnan di Hijaz yaitu Ibnu Saud berhasil menggulingkan kekuaaan Syarif Husain di Makkah (1924). Ibnu Saud yang berfaham Wahabi tersebut melakukan pembersihan praktek-praktek beragaama yang tidak sesuai dengan faham wahabi. Kebijakan Ibnu Saud tersebut mendapat respon baik dari kalangan modernis yang ada di Indonesia. Pada Kongres Al Islam keempat di Yogyakarta 21-27 Agustus 1925 dan Kongres Al-Islam kelima di Bandung membahas undangan raja Ibnu Saud kepada umat Islam di Indonesia untuk menghadiri Kongres di Mekkah. Dalam kongres-kongres tersebut kalangan modernis sangat mendominasi, bahkan sebelum kongres di Bandung diceritakan kalangan modernis sudah mengadakan pertemuan 8-10 Januari 1926 yang salah satu keputusannya menetapkan HOS Tjokroaminoto dari Sarekat Islam dan KH. Mas Mansur dari Muhamadiyah sebagai utusan unuk menghadiri kongres di Makkah.

KH. Wahab Hasbullah dari kalangann tradisionalis mengajukan usulan terkait aspirasi Islam Tradisional agar Raja Ibnu Saud menghormati tradisi keagamaan seperti ziarah kubur, membaca doa-doa, ajaran mazhab dan tradisi yang telah mengakar di Makkah dan Madinah. Tetapi usulan tersebut dikesampingkan oleh kaum modernis. Ahirnya KH. Wahab Hasbullah dan tiga orang pengikutnya meninggalkan kongres (walk-out). Dan membuat inisatif untuk mengadakan rapat dengan ulama-ulama senior dari Surabaya. Pada rapat berikutnya di hadiri oleh ulama-ulama dari beragai daerah di Jawa dan menyepakati untuk membuat komite Hijaz yang pada perjalannya diubah namanya menjadi Nahdlotul Ulama.

Menurut sebagian pakar seperti Deliar Noer mengatakan bahwa yang melatarbelakangi lahirnya NU secara spesifik  adalah kekecewaan kaum tradisionalis yang tidak terakomodir dalam komite khilafat yang akan mewakili umat Islam Indonesia diacara Kongres di Makkah tahun 1926, namun ada beberapa pakar yang melihat lebih jauh lagi bahwa cika bakal  berdirinya NU sudah ada ketika arus Islam Modernis yang dipengarui oleh pemikiran Jamaludin al-Afghani dan Muhammad Abduh mulai masuk ke Indonesia yang ada di Sumatera Barat dan menjalar ke wilayah lain seperti Jawa.

Pada awala abad ke 20 menurut Andre Feillard dalam kurun waktu sepuluh Tahun ada seorang yang sedang dinamis yaitu KH. Wahab Hasbullah yang mengorganisir kaum Islam Tradisionalis dengan dukungan KH Hasyim Asy’ari. KH Wahab Hasbulah pada 1916 bersama KH. Mas Mansur dan HOS Tjokroaminto, Raden Pandji Soeroso, Soendjoto dan KH. Abdul Kohar mendirikan perguruan Nahdlatul Wathan di kampung Kawatan Gang IV Surabaya, Perguruan ini memiliki tujuan mendidik kader-kader muda dan membangun semangat nasionalisme. Dalam perjalannya menjadi tempat pengkaderan remaja Islam yang kemudian disebut Jamiyah Nashihin. Ada beberapa Cabang Nahdlatul Wathan diantaranya di Semarang, Malang, Sidarjo, Gresik, Lawang, Pasuruan dan lain-lain.

KH. Wahab Hasbullah juga mengakomodir para pedagang dengan mendirikan koperasi pedagang yang bernama Nahdlatut Tujar pada tahun 1919. Selain itu juga KH. Wahab Hasbulllah bersama KH. Ahmd Dahlan Achyad (Pondok Kebondalem) juga membentuk madrasah dengan nama Taswirul Afkar yang mempunyai tujuan utama yaitu menyiapkan tempat bagi anak-anak utuk mengaji dan belajar lalu ditujukan untuk membela kepentingan Islam tradisionalis. Catatan Feillard sedikit mengoreksi bahwa alur wacana penulisan Barat maupun modernis yang hanya melihat sejarah kelahiran NU dalam konteks yang sempit. Tidak menafikan persaingan antara Islam Modernis dan Tradisionalis tetapi ini menggambarkan sejarah dan latar belakang lahiryna NU yang panjang, dimana KH. Wahab Hasbullah adalah tokoh penting dalam sejarah berdirinya NU yang berperan sebagai aktor intelektual sekaligus pengerak dan fasilitator dalam pendirian organisasi NU. Selain itu ada Tokoh yang lain seperti KH. Hasyim Ay’ari adalah sumber legitimasi dalam pendirian organisasi NU sekaligus rais akbar yang pertama selain itu ada KH. Bisri Sjansuri yang dikenal sebagai mediator dan penjaga keilmuan guru-gurunya dan tokoh -tokoh yang laian.

Pada tahun 1922 kalangan tradisionalis meningkatkan kegiatan kemasjidan yang dikordinir oleh suatu badan yaitu Ta’mirul Masjid. Dalam perkembangannya mengadakan kursus-kursus agama bagi orang dewasa dengan cara diberi pengarahan agama di Madrasah Nahdlatul wathan dalam 3 kali seminggu. Dari pengajian tersebut KH. Wahab menggerakkan para pemuda diantaranya Abdullah Ubai, Mahfudz Shidiq dan Thohir untuk mendirikan Syubbanul Wathan yang didirikan pada tahun 1924 yang mempunyai peran utama yaitu membangun dan membangkitkan semangat kaum pemuda untuk bersama-sama dengan pemuda lainnya, dan mempersatukan kekuaatan pemuda untu memperjuangkan hak-haknya yang terjajah di negeri sendiri, selain itu juga mempunyai kegiatan membahas masalah agama, dakwah, peningkatan pengetahuan bagi anggota dan sebagainya, Syubbanul Wathan dalam perkembangannya menjadi GP Ansor.

Dari kalangan Tradisionalis sendiri menyebutkan bahwa pasca kongres di Bandung KH. Wahab Hasbullloh berusaha sowan kepada beberapa kiai untuk mengadakan musyawarah dengan kiai lain yang sehaluan. Langkah KH. Wahab ini mendapatkan sambutan positif dari para Kiai atau  Ulama terkemuka diantaranya adalah KH. Hasyim Asy’ari. Ahirnya pada tanggal 16 Rajab 1344 H/31 Januari 1926 M bertempat di Surabaya di kediaman KH. Wahab Hasbullah para ulama atau kiai mengadakan pertemuan. Diantara Ulama yang hadir dalam pertemuan tersebut adalah KH. Hasyim Asy’ari, KH. Bisri Sansuri dari Jombang, KH. Ridlwan Abdullah dari Surabaya, KH. R. Asnawi dari Kudus, KH. Ma’sum dari Lasem, KH. Nawawi dari Pasuruan, KH. Nahrowi dari malang,  KH. Alwi Abdul Aziz dari Surabaya dan lain sebagianya.

Pertemuan ulama-ulama khoss tersebut menghasilkan beberapa keputusan penting diantaranya:pertama, meresmikan dan mengukuhkan Komite Hijaz yang akan dikirim menemui Raja Ibnu Saud. Komite ini akan mengirim delegasi sendiri pada acara Kongres di Makkah yang terdiri dari KH. Wahab Chasbullah dan Syaikh Ahmad Ghunaim Al-Mishri. Tugas mereka adalah menemui langsung Raja Ibnu Saud untuk menyampiakan tuntutan agar ajaran madzhab empat dihormati dan kebebasan melakukan praktek peribadatan yang lain. Raja Ibnu Saud dapat menerima usulan mereka, tetapi untuk poin yang terahir tidak jelas. Jawaban tertulis raja Ibnu Saud akan menjamin dan menghormati ajaran empat madzhab dan faham ahlussunnah wal Jamaah. Kedua,pertemuan di Surabaya tersebut bersepakat membentuk Jam’iyah sebagai wadah persatuan para Ulama dalam tugasnya memimpin umat menuju terciptanya izzatul Islam wal Musimin (kejayaan Islam dan Kuam Muslimin). Jam’iyah ini diberi nama Nahdlatul Oelama (NO) atau Nahdatul lama (NU) menurut ejaan yang disempunakan. Secara sigkat tujuan jamiyah ini adalah untuk membina terwujudnya masyarat Islam berdasarkan akidah ahlusunnah wal jamaah.

Pertemuan di Surabaya juga didorong oleh faktor lain diantaranya: satu, langkah politik Hindia Belanda yang memberlakukan pembatasan bagi kaum Muslimin yang ingin melakukan ibadah haji. Dua, Prinsip ulama yang berpegang teguh pada qaidah al-muhafadzah ala qadim al-salih wa al-akhdzu bil jadid al-ashlah (menjaga kesinambungan tradisi lama yang baik dan mengambil  tradisi baru yang lebih baik). KH. Hasyim Asy’ari menyusun Al-Qanun Al-Asasiy dan Risalah Ahlussunnah wal Jamaah dalam rangka menegaskan pinsip dasar Organisasi NU dan kemudian menjadi landasan dalam Khittah NU. Hal ini dapat dilihat bahwa latar belakang berdirinya NU bukan hanya karena adanya gesekan dengan kaum modernis saja, akan tetapi ada hal lain yang mana sudah berjalan dan dilakukan oleh para Ulama dan kaum Tradisionalis yaitu semangat nasionalisme yang tinggi dari para Ulama dan masyarakat kaum tradisionalis, ditambah semangat kauam tradisionalis dalam merawat tradisi dan kebudayaan Nusantara sebagai pondasi dalam dakwah dan dalam mengamalkan ajaran agama.

Dalam 15 tahun pertama  NU megalami perkembangan yang sangat pesat, hal ini dapat dilihat dari prosentase peserta Mu’tamar NU dari tahun ketahun yang bertambah, jumlah Anggota NU mengalami peningkatan pada tahun 1938 yaitu mencapai 100.000 anggota, jumlah kepengurusan Cabang NU yang menigkat menjadi 120 Cabang pada tahun 1942. Selain itu juga pertumbuhan kompleksitas organisasi dengan terbentuknya divisi-divisi dan dewan-dewan atau departemen. Desakan untuk merangkul kalangan pemuda mendorong terbentuknya sayap-sayap organisasi seperti organisasi Islam yang lain. Dalam proses perkembangannya, sistem keorganisasian Nahdlatul Ulama mengalami peningkatan sesuai dengan kebutuhan dan tuntunan. Kepengurusan NU terdiri dari Mustasar, Syuriah dan Tanfidziah. Selain itu NU juga membentuk Perangkat Organisasi untuk melaksanakan usaha-usaha dalam rangka mencapai tujuan organisasi maka terbentuklah perangkat organisasi yang terdiri dari: Lembaga, Lajnah dan Badan Otonom yang merupaan bagian dari kesatuan Organisasi NU. Tingkat kepengurusan NU terdiri dari Pengurus Besar, Pengurus Wilayah, Pengurus Cabang, Pengurus Majelis Wakil Cabang dan Pengurus Ranting.

Jumat, 13 Juli 2018

KH   Shodiq, Sahabat Karib Gus Dur Wafat


KH Ahmad Shodiq, Mustasyar PBNU

JejakNUsantara- Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Berita duka datang dari Keluarga Besar PP Darussalam, telah berpulang ke rahmatullah, Mustasyar PBNU KH Ahmad Shodiq yang merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Darussalamah, Braja Dewa, Lampung Timur pada Jumat (13/7). Mbah Shodiq yang merupakan sahabat karib KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) wafat di Rumah sakit Urip Sumoharjo Bandarlampung, sekitar pukul 15.00 WIB setelah beberapa hari dirawat.

Berita duka ini disampaikan Wakil Rais Syuriyah PWNU Lampung KH Sholeh Bajuri melalui sambungan telepon yang diterima NU Online. Berita duka ini pun segera tersebar ke seluruh keluarga besar NU Lampung melalui media sosial.

"Telah wafat Al-Mursyid Al-Allamah KH Ahmad Shodiq pengasuh Pondok Pesantren Daarussalamah, Brajadewa,  Lampung Timur. Semoga khusnul khatimah dengan iringan doa allahummaghfir lahu warhamhu waafihi wafu anhu," tulis Kiai Sholeh.

KH Ahmad Sodiq merupakan mursyid tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah yang semasa hidupnya dikenal memiliki kedekatan dengan banyak orang, salah satunya dengan Gus Dur.

Kisah kedekatan keduanya tergambar ketika bertemu. Masing-masing akan berebut saling mendahului untuk mencium tangan. Gus Dur mencium tangan Mbah Sodiq, demikian juga Mbah Sodiq pun ingin segera mencium tangan Gus Dur.

Rupanya kedua tokoh itu menganggap satu sama lain sebagai guru. Gus Dur memposisikan Mbah Sodiq sebagai gurunya, demikian pula Mbah Sodiq menganggap Gus Dur adalah guru.

Alkisah saat Mbah Kiai Sodiq berziarah ke makam Gus Dur di Pesantren Tebuireng Jombang, ada seorang santri yang mengenal sosok Mbah Sodiq dan tahu kedekatan Mbah Sodiq dengan Gus Dur. 

Melihat sosok Mbah Sodiq, santri tersebut lalu mengejar Mbah Sodiq dan meminta bersalaman mencium tangan. Aksi santri tersebut lalu diikuti para santri lainnya dan menyebabkan suasana menjadi riuh.

Kamis, 12 Juli 2018

DIKLAT TERPADU DASAR GP ANSOR ANGKATAN IX "Urgensi Nilai-nilai Aswaja an Nahdliyyah dan Militansi Ansor-Banser Dalam Menangkal Radikalisme"


JejakNUsantara Diklat Terpadu Dasar GP Ansor Kabupaten Lampung Tengah Angkatan IX dilaksanakan di Kecamatan Way Seputih Kab.Lampung Tengah.

Jumlah Peserta dalam DTD ke IX PC GP Ansor Lampung Tengah ini di ikuti oleh sekitar 293 peserta dari utusan PAC masing-masing yang ada di Lampung Tengah. Turut ikut serta pula utusan dari PC GP Ansor Lampung Timur dalam acara tersebut.


Sebagai bentuk apresiasi sekaligus penghormatan kepada Kiai dan Habaib yang telah berjasa dalam dakwah Aswaja an Nahdliyyah di wilayah Kabupaten Lampung Tengah selama ini, Keluarga Besar Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Lampung Tengah memberikan tanda Anggota Kehormatan Barisan Ansor Serbaguna (Banser) kepada Habib Umar Bin Muhdhor al Hadad dan KH Fathul Mujib. 

" Perjalanan Sejarah Panjang GP Ansor Dalam Kancah Pergerakan Bangsa Indonesia akan Tetap kami Lakukan, Sebagai Kader Muda NU kami Akan Terus Bergerak Menjaga dan terus menghidupkan Ajaran-Ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jamaah " Tegas Saryono.

“Beliau Habib Umar bin Muhdhor Al Haddad adalah Pimpinan Majelis An-Nur Kota Bandar Lampung dan KH Fathul Mujib adalah Mustasyar PCNU Kabupaten Lampung sekaligus pengasuh Pesantren Darul Ulum Kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah” tambah alumni STIE Widya Wiwaha Yogyakarta ini. 

Dikatakan, di sisi lain Ansor terus menguatkan dan istiqamah merawat tradisi Aswaja an-Nahdliyyah, mulai dari lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat masing-masing, tugas lain menanti para kader-kader Gerakan Pemuda Ansor dan Barisan Ansor Serbaguna adalah terus merawat kemajemukan, merawat kebhinekaan, toleransi dari ancaman radikalisme, terorisme dan bahaya berita bohong (hoaks).  

Beberapa materi DTD IX PC GP Ansor Kabupaten Lampung Tengah antara lain Ke-Ansoran, Ke-Banseran, Ahlussunnah Wal Jama’ah, Amaliah dan Tradisi Keagamaan NU, Keindonesiaan dan Kebangsaan, Analisis Sosial, Problem Solving, Rencana Tindak Lanjut (RTL), Sosialisasi KTA Ansor-Banser Online, dan lain-lain. 

Hadir dalam DTD IX PC GP Ansor Kabupaten Lampung Tengah antara lain Wakil Ketua PCNU Kabupaten Lampung Tengah KH Slamet Anwar, Kasatkorwil Banser Provinsi Lampung Tatang Sumantri, Sekretaris PW GP Ansor Budi Hadi Yunanto, Wakil Bendahara PW GP Ansor  Muhammad Nasir, MWC NU Way Seputih, dan Ranting NU Sukobinangun. 

Hadir pula, PC Fatayat NU, PC IPNU, PC IPPNU, PC PMII Lampung Tengah, perwakilan Kecamatan Way Seputih, perwakilan Dandim 0411, perwakilan Polres dan tokoh masyarakat setempat, dan lain-lain. 

DTD IX PC GP Ansor Kabupaten Lampung Tengah mengusung tema besar Urgensi Nilai-nilai Aswaja an Nahdliyyah dan Militansi Ansor-Banser Dalam Menangkal Radikalisme. 

Senin, 09 Juli 2018

Sejarah Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD


Sepintas Terlintas Ide Ketika saya Mengobrol dengan teman mengenai Inflasi Rupiah
Saya Meminta maaf kalau ada beberapa Informasi yang tidak tepat, ya karena saya hanya mencari di sumber yang saya dapatkan. 
Dan Pikiran Mungkin Adik-Adik kita Yang terlahir di tahun 2003 Tidak mengetahui betapa kuat nya Rupiah dahulu







Sebelum Kita masuk ke inti, saya bertanya-tanya. Apa Itu Inflasi?

Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.


Sejarah Singkat
Nama rupiah sering dikaitkan dengan rupee mata uang India, namun sebenarnya menurut Adi Pratomo, salah satu sejarawan uang Indonesia, rupiah diambil dari kata rupia dalam bahasa Mongolia, namun sebagian berpendapat bahwa rupiah berasal dari bahasa Sanskerta. Rupia sendiri berarti perak. Memang sama dengan arti rupee, namun rupiah sendiri merupakan pelafalan asli Indonesia karena adanya penambahan huruf ’h’ di akhir kata rupia, sangat khas sebagai pelafalan orang-orang Jawa. Hal ini sedikit berbeda dengan banyak anggapan bahwa rupiah adalah salah satu unit turunan dari mata uang India. Rupee India sebenarnya juga dapat dikatakan sebagai turunan dari kata rupia itu sendiri, dengan begitu rupiah Indonesia memiliki tingkatan yang sama bukan sebagai unit turunan dari mata uang India tersebut. (Sumber)




Oeang Republik Indonesia atau ORI adalah mata uang pertama yang dimiliki Republik Indonesia setelah merdeka. Pemerintah memandang perlu untuk mengeluarkan uang sendiri yang tidak hanya berfungsi sebagai alat pembayaran yang sah tapi juga sebagai lambang utama negara merdeka.

Presiden Soekarno menjadi tokoh yang paling sering tampil dalam desain uang kertas ORI dan uang kertas Seri ORI II yang terbit di Jogjakarta pada 1 Januari 1947, Seri ORI III di Jogjakarta pada 26 Juli 1947, Seri ORI Baru di Jogjakarta pada 17 Agustus 1949, dan Seri Republik Indonesia Serikat (RIS) di Jakarta pada 1 Januari 1950.

Meski masa peredaran ORI cukup singkat, namun ORI telah diterima di seluruh wilayah Republik Indonesia dan ikut menggelorakan semangat perlawanan terhadap penjajah. Pada Mei 1946, saat suasana di Jakarta genting, maka Pemerintah RI memutuskan untuk melanjutkan pencetakan ORI di daerah pedalaman, seperti di Jogjakarta, Surakarta dan Malang. (Sumber)

Namun Setelah Masa ORI. Terjadi Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap 1USD. Rupiah merupakan mata uang yang boleh ditukar dengan bebas tetapi diperdagangkan dengan penalti disebabkan kadar inflasi yang tinggi.

Mari Kita Lihat Perjalanan Nilai Tukar Rupiah dari Tahun 1946, tetapi resmi nya adalah setelah tahun 1949.

6 Maret 1946 Nilai 1 rupiah (Rp 1,-) menjadi 3 sen. Rp 1,- Jepang disamakan dengan 3 sen uang NICA dan dinyatakan sebagai pengganti uang Jepang di daerah yang diduduki sekutu.

7 Maret 1946 Devaluasi rupiah sebesar 29,12%. Semula US$ 1 = Rp 1,88 menjadi US$ 1 = Rp 2,6525. Akan tetapi nilai tukar US$ dipasar bebas 19,50 pada Januari 1948

20 September 1949 Devaluasi rupiah 1 USD (US $) sama dengan Rp 3,80.

2 Nopember 1949 INDONESIA MENETAPKAN RUPIAH SEBAGAI MATA UANG RESMI

Februari 1952 Devaluasi rupiah sebesar 66,67 % sehingga 1 USD (US $) sama dengan Rp 11,40.(Sebelas Rupiah)

Ya pada tahun 1952 1 Dollar Seharga 11 Rupiah.

25 Agustus 1959 Uang kertas Rp 1.000,- dan Rp 500,- dinyatakan susut nilainya sehingga menjadi tinggal 10 % nya saja. Simpanan di bank yang nilainya lebih dari Rp 25.000,- dibekukan.
Pada saat itu 1 USD (US $) sama dengan Rp 45,-

September 1959 1 USD (US $) sama dengan Rp 250,-

Desember 1959 1 USD (US $) sama dengan Rp 550,-

Januari 1960 1 USD (US $) sama dengan Rp 1.960,-

Rupiah Tahun 1960 Seri Soekarno



Desember 1962 1 USD (US $) sama dengan Rp 1.300,-

Januari 1963 1 USD (US $) sama dengan Rp 1.900,-

Rupiah Tahun 1963 Seri Pekerja Pemahat Kayu



Januari 1964 1 USD (US $) sama dengan Rp 2.000,-

Rupiah Tahun 1964 Seri Pekerja Penenun



Desember 1964 1 USD (US $) sama dengan Rp 4.700,-

Rupiah Tahun 1964 Seri Pekerja Seri Soekarno



Desember 1965 1 USD (US $) sama dengan Rp 35.000,- (kejatuhan Bung Karno)

13 Desember 1965 Rp 1.000,- lama harus ditukar dengan uang baru dengan nilai sebesar Rp 1.000,-

Dari Tahun 1965 Hingga 1970 1 USD (US$) sama Dengan Rp.250,-

17 April 1970 1 USD (US $) sama dengan Rp 378,-

Rupiah Tahun 1968 Seri Soedirman

forRupiah Tahun 1968 Seri Soedirman Show

23 Agustus 1971 Orde baru mulai memperbaiki perekonomian dengan melakukan devaluasi nilai rupiah. Nilai uang rupiah dipotong 10% 1 USD (US $) sama dengan Rp 415,-

Tahun 1978 Kebijakan yang dikenal dengan “Kenop 15” mematok 1 USD (US $) sama dengan Rp 625,-

forRupiah Tahun 1975 Seri Pangeran Diponegoro Show

29 Maret 1983 1 USD (US $) sama dengan Rp 970,-

Rupiah Tahun 1980 Seri Dr. Soetomo - Ngarai Sianok

forRupiah Tahun 1980 Seri Dr. Soetomo - Ngarai Sianok Show

Oktober 1988 1 USD (US $) sama dengan Rp 1.600,-

Rupiah Tahun 1986 Seri Teuku Umar - Menara Kudus

forRupiah Tahun 1986 Seri Teuku Umar - Menara Kudus Show

Desember 1995 1 USD (US $) sama dengan Rp 2.248,-

Anak Jaman 90's Pasti Tahu Dengan Uang Ini.

Sejak Oktober 1997 Rupiah dibiarkan mengambang bebas sesuai dengan pasar.
1 USD (US $) yang semula sama dengan Rp 2.300,- menjadi Rp 5.500,- dan seterusnya nilai rupiah terjun bebas. Depresi rupiah dalam puluhan persen dan ratusan persen tidak lagi terjadi dalam jangka waktu tahunan atau bulanan tapi harian.

April 1998 1 USD (US $) sama dengan Rp 17.200,- (kejatuhan Presiden Suharto)

Saya tak akan terlalu menyinggung mengenai masalah Krisis Moneter dan Peristiwa 1998, tetapi salah satu faktor yang diakibatkan oleh lengser nya Bapak Soeharto adalah Inflasi Rupiah yang sangat Luar biasa.
Dan Tugas Bapak. BJ Habibie lah yang berat untuk mengembalikan Nilai Tukar Rupiah.

Rupiah Tahun 1998 Seri Ki Hajar Dewantoro

forRupiah Tahun 1998 Seri Ki Hajar Dewantoro Show

Sejak April 1998 Nilai rupiah tak kunjung stabil dan saat ini berada dikisaran 1 USD (US $) kurang lebih
Rp 10.000,-

Tahun 1999 Terbit Undang Undang Nomor 24 Tahun 1999 tentang Devisa Bebas
Keluar masuk mata uang asing tidak dapat lagi dikontrol

Rupiah Tahun 1999 Seri WR Soepratman

forRupiah Tahun 1999 Seri WR Soepratman Show


Desember 2000 1 USD (US $) sama dengan Rp 9.725,-

Rupiah Tahun 1999 Seri Soekarno Hatta

forRupiah Tahun 1999 Seri Soekarno Hatta Show


15 Desember 2006 Kita punya Musium Bank Indonesia

Untuk 2001-2011 Rupiah Berputar Dikisaran Rp.9200,- Hingga Rp9.900,-

(sumber)

Itulah Sejarah dan beberapa Inlasi Mata uang dari masa ke masa....
Saya meminta maaf apabila infomarsi yang saya berikan sedikit tidak akurat akibat diambil dari beberapa sumber.

Menteri Rini Pastikan Divestasi 51% Saham Freeport Selesai Bulan Ini


Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno memastikan pencaplokan 51% saham PT Freeport Indonesia (PTFI) oleh PT Inalum (Persero) selaku induk usaha BUMN pertambangan selesai pada bulan ini.

JejakNUsantara- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno memastikan pencaplokan 51% saham PT Freeport Indonesia (PTFI) oleh PT Inalum (Persero) selaku induk usaha BUMN pertambangan selesai pada bulan ini.

Adapun divestasi 51% saham tersebut merupakan kesepakatan pemerintah Indonesia dengan PTFI pada 27 Agustus 2017 lalu jika PTFI ingin mendapat perpanjangan izin operasi. Selain itu, PTFI juga wajib membangun smelter dalam waktu 5 tahun.

“Pokoknya dipastikan target kita Juli 2018 ini semua selesai,” katanya saat ditemui di Hotel Fairmont, Jakarta, Rabu (4/7).

Saat disinggung mengenai nilai final akuisisi saham PTFI, dia masih enggan membeberkan. Hal itu baru akan diumumkan ketika seluruh perjanjian antara pemerintah dengan PTFI selesai, termasuk soal Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).

“Kita tetap belum mau announce karena kita harus sama-sama, tidak terlepas semua perjanjian terselesaikan, termasuk mengenai IUPK,” beber Rini.

Dia menjelaskan setelah proses pencaplokan 51% saham selesai, nantinya PTFI akan menjadi perusahaan patungan atau joint venture antara Inalum dan PTFI eksisting. Meski Inalum bergabung, nama PTFI dipastikan tidak berubah.

“PTFI-nya jadi joint venture. Jadi joint venture agreement-nya itu untuk me-manage PTFI. (Namanya) tetap Freeport Indonesia,” tegasnya.

Sebelumnya diberitakan, Pemerintah telah menandatangani perpanjangan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) sementara PT Freeport Indonesia hingga 31 Juli 2018. Perpanjangan IUPK ini ditandatangani Kementerian ESDM pada 29 Juni 2018. 

Perpanjangan hanya diberikan selama satu bulan karena negosiasi antara pemerintah dan Freeport ditargetkan selesai selambat-lambatnya akhir bulan ini. Salah satu hal yang masih mengganjal dalam negosiasi adalah masalah lingkungan di area tambang Freeport.

“Untuk kegiatan yang lain, divestasi, smelter, dan perpanjangan izin operasi artinya mengenai ketentuan sudah dalam proses final. Untuk masalah lingkungan diperlukan waktu sehingga kita memberikan waktu kembali tetapi waktu itu hanya satu bulan untuk PT Freeport dan Inalum bisa menyelesaikan sampai 31 Juli 2018,” kata Dirjen Minerba Kementerian ESDM, Bambang Gatot Ariyono.

Sandiaga Tanggapi, Soal DKI Impor 10.000 Ton Bawang Putih dari Cina

Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melalui PT Food Station Tjipinang Jaya mengimpor bawang putih sebanyak 10.000 ton dari Cina untuk menjaga harga dan pasokan komoditas tersebut hingga akhir tahun (Desember) nanti.

JejakNUsantaraPemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melalui PT Food Station Tjipinang Jaya mengimpor bawang putih sebanyak 10.000 ton dari Cina untuk menjaga harga dan pasokan komoditas tersebut hingga akhir tahun (Desember) nanti.

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno, menjelaskan kebijakan impor bawang putih ini tidak bisa dihindari karena lebih dari sebesar 50% peredaran komoditas tersebut didapatkan dari luar negeri.

Harga bawang putih yang sempat melonjak pada beberapa waktu dan suplai yang tersendat menjadi alasan Pemprov DKI mengajukan izin impor dari Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan Kementerian Pertanian (Kementan).

"Kami mengambil inisiatif [impor] berkoordinasi dengan Kementan untuk memastikan masyarakat bisa menikmati bawang putih dengan harga terjangkau," kata Sandi, Jumat 6 Juli 2018).

Menurutnya, bawang putih ini akan disimpan lebih dahulu di PT Food Station Tjipinang Jaya hingga dibutuhkan. "Nanti kerja sama dengan PD Pasar Jaya, begitu ada kenaikan sedikit akan [dikirim] suplai pasokannya sehingga harga tidak akan memberatkan masyarakat," ujarnya.

Sementara itu, Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya, Arief Prasetyo Adi membenarkan impor bawang sebanyak 10.000 ton hingga Desember 2018. Jumlah tersebut hanya sebagian dari izin impor yang diberikan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) mencapai 20.000 ton.

"Jadi kita sudah dapat amanat dari Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan untuk bantu stabilisasi harga dan pasokan bawang putih di Jakarta. RIPH itu dari Kementan, karena sudah pertengahan tahun jadi hanya separuhnya," kata Arief kepada Bisnis.

Arief menyampaikan bahwa PT Food Station Tjipinang Jaya sebelumnya hanya mendapatkan bawang putih impor dari distributor. "Sekarang diberi kepercayaan untuk stabilisasi Jakarta mendapar izin impor sendiri, ini bagus. Kita bisa jaga amanat supaya harga bwang putih tidak naik turun seperti sebelumnya," ungkapnya.

Seperti diketahui, bawang putih pernah menyentuh harga Rp 66.200 per kg pada akhir kuartal pertama 2018. Padahal harga bawang putih yang ditargetkan oleh pemerintah berada di sekitar Rp25.000 per kg.

[👀 SUMBER BERITA Dan Judul Asli - Mari Kita Sama Sama Cross Check, Pada Dasarnya Situs Ini Hanyalah Mengambil Isi Tulisan Dari Link Dengan Judul Dibawah Ini - Terima Kasih]
[Judul Asli ► Sumber Berita ► 👀👉 Kata Sandiaga Soal DKI Impor 10.000 Ton Bawang Putih dari Cina - metro Tempo.co

Minggu, 08 Juli 2018

KPU Lampung Tetapkan Arinal-Nunik Menang Pilgub Lampung



Bandarlampung,JejakNUsantara-Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Lampung mengelar rapat pleno terbuka rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Lampung 2018 di Ballroom Hotel Novotel, Bandar Lampung, Minggu (8/7/2018).

Dengan hasil final dimenangkan oleh pasangan Nomor 3, Arinal-Chusnunia (Nunik) dengan perolehan suara sebanyak 1.548.506 atau 37,78 persen dari 4.179.405 surat suara. Arinal-Chusnunia (Nunik) mengalah Pasangan Nomor 1, petahana Gubernur Ridho-Bachtiar yang hanya memperoleh 1.043.666 suara atau 25,46%; Pasangan Nomor 2 Herman HN-Sutono 1.054.646 suara atau 25,73%; dan pasangan Nomor 4, Mustafa-Jajuli 454.452 suara atau 11,04%.

Data Rekapitulasi Perolehan Kabupaten-Kota Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur Lampung 2018.

Dengan hasil perhitungan suara di 15 Kabupaten dan Kota di Seluruh Provinsi Lampung menunjukkan Pasangan Arinal dan Nunik unggul di 7 dari 15 Kabupaten dan Kota mengalahkan Pasangan Nomor 1, petahana Gubernur Ridho-Bachtiar; Nomor 2 Herman HN-Sutono; dan pasangan Nomor 4, Mustafa-Jajuli. Delapan Kabupaten dan kota yang dimenangkan Arinal dan Nunik itu adalah Kabupaten Lampung Selatan sebanyak 185.590 suara atau 38,32%; Kabupaten Pringsewu sebanyak 91.716 suara atau 43,82%; Kabupaten Lampung Timur sebanyak 304.931 suara atau 58,95%; Kota Metro sebanyak 28.620 suara atau 38,30%; Kabupaten Lampung Tengah sebanyak 305,980 suara atau 46,68%; Kabupaten Tulang Bawang sebanyak 79,916 suara atau 47,87% dan Kabupaten Mesuji sebanyak 41.187 suara atau 41,49%.

Kepada SHNet dilaporkan, jumlah DPT (Daftar Pemilih Tetap) sebanyak 5.768.061. Jumlah surat suara yang masuk sebanyak 4.179.405 atau 72,46%. Jumlah suara sah sebanyak 4.099.272. Jumlah suara tidak sah 80.133.

Dengan demikian KPU Lampung telah menetapkan bahwa pasangan Arinal Djunaidi dan Chusnunia akan menjabat sebagai Gubernur Lampung periode 2019-2024.

“Dengan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh rakyat Lampung yang telah memberikan kepercayaan dan memlih Arinal dan Nunik untuk memimpin Provinsi Lampung 5 tahun ke depan.

Kami juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bawaslu dan KPUD Lampung yang telah menyelenggarakan Pilkada Lampung dengan damai dan aman sampai penetapan pengumuman hasil Pilkada Lampung hari ini,” demikian Ketua Tim Pemenangan Arinal-Nunik kepada media massa menyambut pengumuman KPUD Lampung tersebut. (red)

HASIL PERHITUNGAN SUARA KPU LAMPUNG

JejakNUsantara.Bandar Lampung, Hasil perhitungan suara KPU Lampung Menetapkan Pasangan Arinal-Nunik Menang dalam Pilihan Gubernur Lampung Tahun 2019 dengan perolehan suara Paslon no 1. M. Ridho ricardo- Bahtiar Basri memperoleh 1.043.666 suara, Paslon no 2. Herman HN.-Sutono memperoleh 1.054.646, suara, Sedangkan Paslon no 3 Arinal Junaidi- China Chalim mendapatkan 1.548.506,suara, dan Paslon no 4 Mustofa-Djazuli mendapatkan 452.454 suara.
Berikut adalah rincian suara per kabupaten kota yang telah direkap di KPU dini hari.

1. Kota Bandar Lampung

Ridho Ficardo-Bachtiar Basri : 87.142 Herman HN-Sutono: 280.639
Arinal Djunaidi-Chusnunia: 48.703 SuaraMustafa-Ahmad Jajuli: 33.088

2. Kabupaten Lampung Selatan

Ridho Ficardo-Bachtiar Basri 107.294
Herman HN-Sutono: 150.459
Arinal Djunaidi-Chusnunia:185. 690
Mustafa-Ahmad Jajuli: 41.074

3. Kabupaten Lampung Tengah

Ridho Ficardo-Bachtiar Basri : 83.129
Herman HN-Sutono: 107.839
Arinal Djunaidi-Chusnunia:305.980
Mustafa-Ahmad Jajuli: 158.523

4. Kabupaten Lampung Timur

Ridho Ficardo-Bachtiar Basri : 78.858
Herman HN-Sutono: 87.109
Arinal Djunaidi-Chusnunia:304.931
Mustafa-Ahmad Jajuli: 52.350

5. Kabupaten Lampung Barat

Ridho Ficardo-Bachtiar Basri :60.885
Herman HN-Sutono: 16.522
Arinal Djunaidi-Chusnunia: 59.592
Mustafa-Ahmad Jajuli:9.133

6. Kabupaten Pringsewu

Ridho Ficardo-Bachtiar Basri :52.755
Herman HN-Sutono: 47.334
Arinal Djunaidi-Chusnunia: 91.716
Mustafa-Ahmad Jajuli:17.516

7. Kabupaten Mesuji

Ridho Ficardo-Bachtiar Basri : 38.594
Herman HN-Sutono: 12.686
Arinal Djunaidi-Chusnunia:41.187
Mustafa-Ahmad Jajuli:6.791

8. Kabupaten Pesisir Barat

Ridho Ficardo-Bachtiar Basri : 26.178
Herman HN-Sutono: 13.469
Arinal Djunaidi-Chusnunia: 23.858
Mustafa-Ahmad Jajuli: 8.524

9. Kabupaten Way Kanan

Ridho Ficardo-Bachtiar Basri 101.039
Herman HN-Sutono: 31.947
Arinal Djunaidi-Chusnunia: 76.282
Mustafa-Ahmad Jajuli:15.990

10. Kabupaten Tulangbawang

Ridho Ficardo-Bachtiar Basri : 28.976
Herman HN-Sutono: 45.906
Arinal Djunaidi-Chusnunia: 79.916
Mustafa-Ahmad Jajuli:12.162

11. Kota Metro

Ridho Ficardo-Bachtiar Basri18.391
Herman HN-Sutono:19.049
Arinal Djunaidi-Chusnunia: 28.620
Mustafa-Ahmad Jajuli:8.669

12. Kabupaten Pesawaran

Ridho Ficardo-Bachtiar Basr:74.259
Herman HN-Sutono:70.239
Arinal Djunaidi-Chusnunia:70.900
Mustafa-Ahmad Jajuli: 16.704

13. Kabupaten Lampung Utara

Ridho Ficardo-Bachtiar Basri129.292
Herman HN-Sutono: 65.377
Arinal Djunaidi-Chusnunia: 85.523
Mustafa-Ahmad Jajuli: 37.987

14. Kabupaten Tulangbawang Barat

Ridho Ficardo-Bachtiar Basri60.039
Herman HN-Sutono: 31.153
Arinal Djunaidi-Chusnunia: 45.251
Mustafa-Ahmad Jajuli:10.164

15. Kabupaten Tanggamus

Ridho Ficardo-Bachtiar Basri 102.835
Herman HN-Sutono: 74.918
Arinal Djunaidi-Chusnunia: 100.357
Mustafa-Ahmad Jajuli: 23.776