Tampilkan postingan dengan label SEJARAH ISLAM. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SEJARAH ISLAM. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 06 Juli 2019

Praktik Politik Khilafah Ala Din Syamsuddin



Penulis: Ninoy N Karundeng

Jejak NUsantara- Novel Baswedan, Din Syamsuddin, Dahnil Anzar Simanjuntak adalah satu kelompok. Satu kesatuan tali-temali erat pergerakan. Roh ideologi mereka saling mendukung. Din adalah pentolan di antara ketiganya. Itulah politik kepentingan kaum bermental politik radikalis. Karena, bagi mereka politik adalah seni untuk bergabung dalam suatu kepentingan kelompok (Johannes Althusius 1557-1638).

Din Syamsuddin

Din Syamsuddin adalah contoh manusia yang tidak paham tentang nilai moral kemasyarakatan. Sebagai pentolan MUI, Din saat Pilpres 2019 terobsesi kekuasaan mepet-mepet ke Prabowo. Karena Din melihat Ma’ruf Amin yang menjadi pemicu penjungkalan Ahok bersama Rizieq dengan target penjungkalan Jokowi, ternyata didudukkan di menara gading dan dirangkul Jokowi.

Ditunjuk Jokowi untuk menyebarkan Islam sebagai rahmatan lil alamin, Din menolak. Mundur dari jabatan sebagai Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban .Dia beralasan dan bilang takut berpihak ke Jokowi yang nyapres.

Namun, ketika isu kampanye paling top dilontarkan kaum nasionalis bahwa persaingan politik Prabowo (khilafah) dan Jokowi (Pancasila), Din kebakaran jenggot. Karena bagi Din, isu ini dipandang merugikan Prabowo.

Materi dan narasi kampanye khilafah versus Pancasila ini menghantam telak para radikalis. Narasi ini menyadarkan para nasionalis untuk memilih Jokowi, agar terhindar dari radikalisme dan khilafah di Indonesia. Kita tahu kubu Prabowo jelas dijejali oleh kaum radikalis.

Seperti seniornya, Amien Rais, Din suka membungkus pernyataan dengan memelintir makna, seperti politik khilafah dengan khalifah fil ardhi. Padahal Al Quran menyebut dengan gamblang.

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat, "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka bertanya,‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah?’” (QS al-Baqarah [2]: 30).

(Bahkan Burhanuddin Muhtadi sempat menyebut pada zaman Din di Muhammadiyah lahir secara perlahan unsur HTI masuk. Namun, yang sangat jelas radikalisasi di Muhammadiyah berlanjut sejak Amien Rais sampai sekarang dan krisis intelektual yang berpengetahuan agama mumpuni.)

Din masih ngotot. Ulama model Muhammadiyah yang rerata hanya belajar agama 4 tahun lalu menganggap diri sebagai penafsir Al Qur’an kelas wahid. Hanya dengan logika bahasa belaka. Untuk kepentingan politik praktis Prabowo yang didukungnya. Mengenaskan cara dia berpolitik, politik identitas agama.

“Yang disebut oleh Al-Qur'an memang hanya kata khalifah (tidak ada penyebutan kata khilafah). Namun, karena yang kedua adalah bentuk derivatif dari yang pertama (fa'il dan fi'alah/noun dan verbal noun), maka secara substansial khilafah juga dikandung oleh Al-Qur'an,” kata Din di Gontor.

Maka Din ini rupanya bermental seperti yang disampaikan oleh salah satu orang Muhammadiyah.

“Di kalangan kita (Muhammadiyah), ulasan-ulasan Quran sudah mulai dianggap tidak mengikuti perkembangan zaman, ketika belum melewati pendekatan ilmu pengetahuan. Akal lebih didewakan dari pengetahuan, sehingga kita tersingkir.

Gejala kemajuan zaman sekarang ada 5 pendewaan yaitu, taabidunnas, mendewakan nafsu dirinya sendiri, menganggap dirinya benar sendiri, taabidulnawaf, penghambaan terhadap harta, kejar jabatan, karena harta yang menjanjikan, Taabidulsyia-sia, penghambaan terhadap kekuasaan atau politik, diperbudak oleh keinginan berkuasa.

Dahulu, berhala kecil sekarang milyaran, kekuasaan adalah segala-galanya, taabidusyhwati, diperbudak oleh syahwatnya tergoda oleh perempuan, dan sebagainya, taabiduakli, tergoda oleh akal. Akal dianggap mengatasi segala-galanya,” kata Baharuddin Pagim.

Padahal, jelas kata khilafah tidak ada dalam Al Qur’an. Rasullullah SAW pun tidak pernah mengajarkan untuk mendirikan Negara Khilafah, Negara Islam. Tidak ada. Yang ada adalah Piagam Madinah. Di dalam konstitusi tersebut melindungi kaum Muslim Muhajirin dan Ansor, suku Aus dan Khajraj serta suku-suku lain. Juga pemeluk agama Yahudi, Nasrani, dan Majusi.

Menurut Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj negara yang dipimpin Nabi Muhammad SAW bukan negara Islam, bukan negara Arab, tapi negara Madinah. Kata tersebut berasal dari kata tamaddun.


Saking berpikiran keblinger, sidang di Mahkamah Konstitusi (MK) yang begitu transparan dinilai buruk oleh pendukung Prabowo ini (baca: secara substansial meminjam istilah Din, ha ha ha.). Tak lupa dia akan menyitir seperti Prabowo soal keadilan hakiki, keadilan di hadapan Allah SWT. Bahkan menuduh hakim MK membenarkan kecurangan, yang sejatinya narasi politik. Din menafikan dan mengabaikan demi nafsu politiknya. Tentu.

"Jika rakyat meyakini ada pengabaian nilai moral, bahwa para hakim MK itu patut diduga membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar, seperti membenarkan kecurangan, maka rakyat mempunyai hak dan kewajiban melakukan koreksi moral," ucap Din Syamsuddin dalam keterangan tertulis, Sabtu (29/6/2019).

Novel Baswedan, Anies Baswedan, Dahnil Azhar Simanjuntak

Novel Baswedan di KPK adalah kesatuan kepentingan dengan Dahnil Anzar Simanjuntak. Dahnil membutuhkan benteng KPK. Langkah dia merapat ke Prabowo – untung kalah – adalah sikap alami mencari proteksi yang kepentingannya sama. Ketika Novel dilaporkan oleh Direktur Penyidik KPK maka Dahnil membela mati-matian kamerad-nya.

Novel juga benteng kuat buat Anies Baswedan. Maka Novel di KPK adalah jaminan mutu untuk tidak diusiknya Anies terkait dengan kasus berbau korupsi Anies saat menjadi Mendikbud; pameran buku Frankfurt 3 hari senilai Rp 148 miliar. Selama Novel berada di KPK, maka Anies akan aman.

Terlebih lagi ada Bambang Widjojanto jadi tembok pengaman Anies di DKI. Anies punya penasihat yang bisa mengarahkan bertindak, mengelola APBD DKI seenaknya, membagi-bagi uang, namun tetap sah secara hukum. Karena, Bambang dan Anies paham semua celah.

Salah satu wujud celah adalah membuat program-program pengembangan terkait hati, rasa, bahagia. Program membuat warga lebih berbahagia – tanpa membangun fisik kalau perlu. Program yang intangible yang tidak bisa diukur.

Contoh, karnaval yang berbasis seni paling rawan untuk dimainkan tanpa batas. Juga sumbangan atau hibah untuk ormas. Maka Rp 70 triliun tidak perlu digunakan untuk membagun fisik. Yang intangible, yang tidak bisa diukur. Nah.

Itulah kaitan tali-temali praktik teori politik asosiasi Johannes Althusis, yang dipraktikkan oleh Din Syamsuddin, Novel Baswedan, Dahnil Azhar Simanjuntak, yang terkait dengan pemilik duit APBD DKI Rp 70 triliun Anies Baswedan.

Dan, demi kepentingan politik kaum bermental radikalis pendukung Prabowo seperti HTI, PKS, FUI, FPI, yang nota bene adalah kaum radikalis.

Kita tidak boleh surut mendukung Jokowi melawan taktik pemahaman politik radikalis ala Din Syamsuddin ini.

Rabu, 26 Juni 2019

Daftar Pesantren Wahabi yang Perlu Dihindari Orang NU


Hati-hati Memondokkan Anak! Inilah Daftar Pesantren Wahabi yang Perlu Dihindari



MusliModerat.net - Hati-hati!! Jika kalian ingin memasukkan anak kalian ke pesantren, maka kalian jangan sampai salah pilih pesantren/sekolah, karena banyak pesantren yang  berpaham wahabi/salafi/takfiri atau cingkrang.

Terbukti banyak alumni pesantren yang setelah pulang hanya fasih berbahasa “akhie.. ukhti.. ana.. antum,” tapi anehnya mereka mudah berkata syirik dan bahkan mengkafirkan saudara kita. Orang tuanya sendiri pun disyirikkan. Naudzubillahi mindzalik!

Mereka kerap kali bergaya paling kritis dan berpenampilan paling aduhai Islaminya. Saking kritisnya, mereka berani melawan arus dan kebiasaan adat masyarakat. Dan tidak jarang menuduh aduhai umat Islam yang berpaham Sunni sekaligus Sufi.

Tawassul, Ziarah Kubur, Tahlilan, memperingati Maulid, Istighosah berjamaah yang merupakan kebiasaan rutin dilakukan oleh masyarakat Indonesia khususnya owarga Nahdliyin mereka sering tuduh syirik, bahkan tidak sungkan pula mengafirkannnya.

Apa anak Anda yang sejatinya ingin dipesantrenkan dan ingin menjadi sholeh mendapatkan ajaran yang penuh caci maki dan paling aduhai bener sendiri? Jika tidak, maka, silakan share daftar pesantren wahabi di Indonesia ini, yang dirangkum Dutaislam.com dari kiriman salah satu anggota Pengurus Pusat Rabhitatul Ma’ahid Islamiyah (PP RMI) Nahdlatul Ulama (NU).

Di bawah ini adalah daftar pondok pesantren, ma’had, yayasan pendidikan yang dikelola orang-orang berpaham bukan Sunni-Sufi (Aswaja) alias orang-orang salafi, wahabi atau komunitas takfiri. Untuk menarik minat peserta didik, mereka biasanya mengiming-imingi beasiswa khusus, gratis biaya pembelajaran selama beberapa tahun, atau tawaran lainnya.

Peserta yang kena jaring razia mereka, akan didoktrin sesuai pemahaman mereka yang suka mengafirkan. Berikut hasil penelitian santri Nahdliyin terhadap mereka.

Pesantren wahabi yang beredar di Indonesia:

Ma’had Imam Bukhori – Solo


Ma’had Al-Ukhuwah – Sukoharjo


Ma’had Ibnu Abbas – Sragen


Ponpes Islam Al-Irsyad – Semarang


Ma’had Al-Furqon – Gresik


Ma’had Ali bin Abi Thalib – Surabaya


Sekolah Dirosah Islamiyah – Sumbersari


Ma’had Al-Qudwah – Kediri


Ma’had Abu Huroiroh – Mataram


Ma’had Al-Furqon – Pekanbaru


Ponpes Salman Al-Farisi – Kediri


Ma’had Imam Syafi’i – Banyuwangi


Ma’had Minhajul Sunnah – Bogor


Yatim Ibnu Taimiyah – Bogor


Ma’had Hidayatunnajah – Bekasi


Ma’had Ibnu Hajar – Jakarta Timur


Ma’had Ibnu Qayyim Al Jauziyah – Balikpapan


Ma’had Ummahatul Mu’minin – Jakarta Pusat


Ma’had Riyadusholihin – Pandeglang


Ma’had Al-Ma’tuq – Sukabumi


Ma’had Rahmatika Al-Atsary – Subang


Ma’had Assunah – Cirebon


Pnpes Annajiyah – Bandung


Ma’had Assunnah – Tasikmalaya


Ma’had Ali Imam Syafi’i – Cilacap


Islamic Center Ibnu bin Baz – Bantul


Ma’had Jamilurrohman – Bantul


Ma’had Madinatul Qur’an – bogor


Pondok Al Umm – Malang


Pondok Pesantren Imam Syafi’i – Aceh


Pondok Pesantren Ibnu Katsir – Jember


Sekolah Tinggi Dirasah Islamiyah Imam Syafi’i – Jember


Arrahmah – Semanding, Malang


Jika Anda tidak percaya, silakan cek langsung, apa kurikulum yang diajarkan? Aqidahnya ikut imam siapa? Fiqih nya bermadhab apa? Apakah mereka setuju dengan konsep tasawwuf nya Imam Ghazali atau Imam Junaidi? Apakah pesantren mereka mempraktekkan ziarah ke makam auliya, terutama tiap Jumat sebagaimana pesantren Aswaja lainnya?

Apakah mereka juga mempercayai karomah wali Allah yang telah wafat? Ataukah pesantren mereka suka memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw tiap tahun? Masihkah ustadz mereka bertawasul sebelum berdoa?

Jika tidak, dapat dipastikan mereka adalah kelompok wahabi/salafi takfiri “yang suka mensyirikkan bahkan mengkafirkan amaliah Ahlussunnah wal Jamaah (Nahdlatul Ulama). Jangan tergiur dengan metode atau sistem pendidikan dan tawaran beasiswanya sebelum Anda cek manhaj ta’lim nya sesuai Aswaja atau tidak.

Masih banyak pondok pesantren yang jauh lebih berkualitas daripada yang tersebut di atas, dan sesuai dengan ajaran Sunni-sufi Ahlusunnah Wal Jamaah (Nadlatul Ulama), paham yang selama ini makin paling dibenci oleh kalangan mereka.

Carilah daftar pesantren/ma ‘had/yayasan pendidikan selain mereka dengan banyak program unggulan. baik dalam bentuk Program Pesantren Modern Terpadu ataupun Ma’had dengan Program Hafiz “Menghafal Al-quran”. Ada juga ponpes Aswaja yang memiliki Program Qiroah sab’ah dan bersanad hingga Rasulullah.

Banyak pula pesantren yang mengajarkan takhasus salafiyah “Murni Mengkaji Kitab Kuning” hingga ke jenjang Ma’had Aly Setara S1 yang sudah diakui oleh menteri agama. Konsultasi ke tim AyoMondok RMI PBNU sangat diperlukan jika Anda kebingungan mencarikan pesantren ke anak-anak Anda.

Terakhir, jika Anda ingin memasukkan daftar pesantren wahabi lainnya ke dalam list Dutaislam.com di atas, silakan komentar di kotak yang ada di bawah ini! Mohon maaf jika ada yang salah list. Silakan juga dikoreksi!  (ISNU)

Islamnusantara.com

Sumber : http://www.muslimoderat.net/2017/07/hati-hati-memondokkan-anak-inilah.html#ixzz5rsuYHfkA

Minggu, 17 Maret 2019

SEJARAH AWAL BERDIRINYA TNI

Banyak yang belum mengetahui sejarah terbentuknya Tentara Nasional Indonesi (TNI) dikarenakan banyak fakta sejarah yang tidak diungkap kepermukaan atau bahkan memang sengaja ditutupi karena bergai kepentingan kekuasaan.
Dalam tiap peperangan melawan kolonial Belanda perlawanan indonesia selalu mengalami kekalahan, salah satu faktor utamanya adalah karena hanya dipimpin satu tokoh bersama masyarakat yang belum terlatih dalam strategi peperangan atau kemiliteran.
Melihat situasi tersebut Bung Karno melalui Gatot Mangkoepradja yang dikenal baik oleh Pemerintah Jepang mengusulkan untuk membentuk Tentara Pembela Tanah Air (PETA) yang pada tanggal 3 Oktober 1943 yang dibentuklah secara resmi melalui Osamu Seirei No. 44 Tahun 1943.
PETA yang dilatih kemiliteran oleh tentra Jepang terdiri dari 65 Batalyon dengan setiap Batalyon beranggotakan 700 orang yang kesemua Batalyon anggotanya bergama Islam, bahkan dari 65 Batalyon, yang 20 Batalyon dipimpimpin oleh komandan Batalyon berpangkat mayor (Daidancho) yang berstatus Kyai.
Berikut nama-nama perwira PETA yang berstatus Kyai, Diantaranya adalah:
1. Kyai Tubagus Achmad Chatib (Komandan Daidan 3 di daerah Labuan Banten)
2. Kyai Sjam'oen (KOmandan Daidan 4 Cilegon Banten),
3. Kyai R Abdoelah bin Noeh (Komandan Daidan 3 Djampang Kulon Banten),
4. Kyai Doerjatman (Daidancho Tegal),
5. Kyai R.M. Moeljadi Djojomartono (Daidancho Manahan, Surakarta),
6. Kyai Masjkoer (Daidancho Bojonegoro),
7. Kyai Abd Kholik Hasyim (Daidanco Gersik),
8. Kyai Iskandar Sulaiman (Komandan Daidan 4 Malang, Ketua Suriah NU Malang)
9. Kyai ldris (Daidancho Wonogiri, Jogja),
10. Kyai R Abdoelah bin Noeh (Oaidancho Djampang Kulon, Bagor),
11. Kyai R Amien Ojakfar (Daidancho Pamekasan, Madura),
12. Kyai Abdoel Chamid Moedhari Daidancho Daidan III Ambunten, Sumenep),
13. Kyai R Aroedji Kartawinata (Daidancho Cimahi, Priangan),
14. Kyai Soetalaksana (Daidancho Tasikmalaya, Priangan),
15. Kyai Pardjaman (Daidancho Pangandaran, Priangan),
16. Kyai Hamid (Kastaf Daidan 11 Pangandaran, Priangan)
17. Kyai Doerjatman (Daidancho Tegal),
Berselang setahun setelah terbentuknya PETA, KH. Hasyim Asy'ary mengajukan permohonan kepada Pemerintah Jepang pada bulan Oktober 1944 untuk memberikan kepada SANTRI yang kemudian dibentuklan Barisan Tentara Hisbullah di Cibarusa Bogor.
Setelah Indonesia merdeka, ini menjadi cikal bakal terbentuknya Tentara Nasional Indonesia (TNI), dengan terbentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang dibentuk oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau PPKI dalam sidangnya pada tanggal 22 Agustus 1945 dan diumumkan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 23 Agustus 1945.
BKR terdiri dari 5 elemen militer, yaitu Bekas PETA, Bekas Tentara Hisbullah, Unsur Tentara mantan Keigun Heiho, Unsur Tentara mantan Knil dan Unsur masyarakat yang mempunyai keberanian untuk berjuang bersama yang kemudian menjadi cikal TNI dengan terbentuknya Tentara Keamanan Rakyat (atau biasa disingkat dengan TKR) pada tanggal 5 oktober 1945 berdasarkan maklumat yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia dan kemudian menjadi Tentara Republik Indonesia (atau disingkat dengan TRI) pada tanggal 26 Januari 1946 berdasarkan Penetapan Pemerintah No.4/SD tahun 1946 dan menjadi Tentara Nasional Indonesia hingga saat ini.
Perjuangan Ulama' NU dalam mempertahankan Kemerdekaan seharusnya diletakkan dalam catatan sejarah bangsa Indonesia yang dikenalkan untuk diteladani kegigiahan dan perjuangannya sehingga anak cucu kita tidak menjadi generasi Amnesia sejarah.
Menurut Prof. Dr. KH. Agus Sunyoto sewaktu menjadi Wartawan Jawa Pos sempat mewaancarai beberapa Kyai NU pada tahun 1988 - 1990 sebagai pelaku sejarah perjuangan dengan pertanyaan 'Mengapa perjuangan Kyai seakan tidak ada yang mencatat, membukukan atapun melakukan klaim perjuangannya?".
Ternyata jawaban yang disampaikan dari beberapa narasumber hampir memiliki pandangan yang sama, bahwa "Perjuangan merebut kemerdekaan merupakan jihat yang menjadi urusan kami dengan Allah, jadi kami tidak memerlukan imbal balik duniawi?".

Dikutip dari : Prof. Dr. KH. Agus Sunyoto

Jumat, 15 Maret 2019

PRESIDEN JOKOWI; Indonesia Bangun Universitas Islam Internasional Indonesia Biaya Rp 3,5 Triliun

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendirikan batu pertama sebagai tanda dimulainya pembangunan kampus Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) di Kompleks RRI, Cimanggis, Depok, Jawa Barat. 

Pembangunan universitas ini telah diterbitkan sejak dua tahun lalu yang ditandai dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 57 Tahun 2016 tentang Pendirian UIII pada tanggal 29 Juni 2016.



Jokowi mengatakan, pembangunan kampus UIII ini memiliki cita-cita agar benar-benar bisa menjadi pusat penilaian dan penelitian peradaban Islam.

"Kita dikenal sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Sudah sepatutnya Indonesia menjadi rujukan peradaban Islam dunia. Biaya pembangunannya mencapai Rp3,5 triliun dan sudah saya temukan sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional. Tahun 2018 ini akan dimulai dan telah dianggarkan Rp 700 mandiri, ”kata Jokowi, seperti dikutip dari keterangan tertulis.

Dia juga mengapresiasi desain UIII yang futuristik dan tata ruang kampusnya yang baik sehingga mendukung harapan UIII sebagai kampus masa depan bagi kajian dan penelitian peradaban Islam. Kampus yang dibangun di kawasan seluas 142 hektare ini akan selesai dalam waktu 4 tahun.
Meski demikian, diharapkan kampus sudah mulai bisa digunakan untuk proses belajar satu hingga tiga mata kuliah pada tahun depan. UIII juga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia yang membuat negara yang baldatun thayibatun wa rabbun ghafur.


Sementara itu, Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR Sri Hartoyo menyatakan, bahwa pada 2017 kemarin Kementerian PUPR telah menganggarkan dana sebesar Rp 40 miliar untuk desain masterplan dan perencanaan teknis kampus UIII.
Pembangunan Universitas Islam Internasional Indonesia ini sendiri dibagi dalam 3 zona. Untuk zona 1 terdiri dari Gedung Rektorat, Masjid, Perpustakaan, Gedung Fakultas, Infrastruktur Kawasan, Lansekap dan Ruang Terbuka Hijau, Echo Sanctuary Park.

Sementara zona 2 merupakan kawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan mahasiswa, kampus residen untuk para staf akademisi, dan gedung MEP. Sementara zona 3 terdiri dari kawasan fakultas dan pusat kajian, serta Kawasan Peradaban seperti museum, pertunjukan seni dan budaya, dan gedung serba guna atau pusat konvensi.

Minggu, 03 Desember 2017

Kisah Keagungan Rosululloh Di Detik- Detik Kepergianya


Kisah ini terjadi pada diri Rasulullah SAW sebelum wafat.
Rasulullah SAW telah jatuh sakit agak lama, sehingga kondisi beliau sangat lemah.

Pada suatu hari Rasulullah SAW meminta Bilal memanggil semua sahabat datang ke Masjid. Tidak lama kemudian, penuhlah Masjid dengan para sahabat. Semuanya merasa rindu setelah agak lama tidak mendapat taushiyah dari Rasulullah SAW.

Beliau duduk dengan lemah di atas mimbar. Wajahnya terlihat pucat, menahan sakit yang tengah dideritanya.

Kemudian Rasulullah SAW bersabda: "Wahai sahabat2 ku semua. Aku ingin bertanya, apakah telah aku sampaikan semua kepadamu, bahwa sesungguhnya Allah SWT itu adalah satu2nya Tuhan yg layak di sembah?"

Semua sahabat menjawab dg suara bersemangat, " Benar wahai Rasulullah, Engkau telah sampaikan kepada kami bahwa sesungguhnya Allah SWT adalah satu2nya Tuhan yg layak disembah."

Kemudian Rasulullah SAW bersabda:
"Persaksikanlah ya Allah. Sesungguhnya aku telah menyampaikan amanah ini kepada mereka."

Kemudian Rasulullah bersabda lagi, dan setiap apa yg Rasulullah sabdakan selalu dibenarkan oleh para sahabat.

Akhirnya sampailah kepada satu pertanyaan yang menjadikan para sahabat sedih dan terharu.

Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya, aku akan pergi menemui Allah. Dan sebelum aku pergi, aku ingin menyelesaikan segala urusan dengan manusia. Maka aku ingin bertanya kepada kalian semua. Adakah aku berhutang kepada kalian? Aku ingin menyelesaikan hutang tersebut. Karena aku tidak mau bertemu dengan Allah dalam keadaan berhutang dengan manusia."

Ketika itu semua sahabat diam, dan dalam hati masing2 berkata "Mana ada Rasullullah SAW berhutang dengan kita? Kamilah yang banyak berhutang kepada Rasulullah".

Rasulullah SAW mengulangi pertanyaan itu sebanyak 3 kali.

Tiba2 bangun seorang lelaki yg bernama UKASYAH, seorang sahabat mantan preman sebelum masuk Islam, dia berkata:

"Ya Rasulullah! Aku ingin sampaikan masalah ini. Seandainya ini dianggap hutang, maka aku minta engkau selesaikan. Seandainya bukan hutang, maka tidak perlulah engkau berbuat apa-apa".

Rasulullah SAW berkata: "Sampaikanlah wahai Ukasyah".

Maka Ukasyah pun mulai bercerita:
"Aku masih ingat ketika perang Uhud dulu, satu ketika engkau menunggang kuda, lalu engkau pukulkan cambuk ke belakang kuda. Tetapi cambuk tsb tidak kena pada belakang kuda, tapi justru terkena pada dadaku, karena ketika itu aku berdiri di
belakang kuda yg engkau tunggangi wahai Rasulullah".

Mendengar itu, Rasulullah SAW berkata: "Sesungguhnya itu adalah hutang wahai Ukasyah. Kalau dulu aku pukul engkau, maka hari ini aku akan terima hal yang sama."

Dengan suara yang agak tinggi, Ukasyah berkata: "Kalau begitu aku ingin segera melakukannya wahai Rasulullah."

Ukasyah seakan-akan tidak merasa bersalah mengatakan demikian.

Sedangkan ketika itu sebagian sahabat berteriak marah pada Ukasyah. "Sungguh engkau tidak berperasaan Ukasyah. bukankah Baginda sedang sakit..!?"

Ukasyah tidak menghiraukan semua itu. Rasulullah SAW meminta Bilal mengambil cambuk di rumah anaknya Fatimah.

Bilal meminta cambuk itu dari Fatimah, kemudian Fatimah bertanya: "Untuk apa Rasulullah meminta cambuk ini wahai Bilal?"

Bilal menjawab dg nada sedih: "Cambuk ini akan digunakan Ukasyah utk memukul Rasulullah"

Terperanjat dan menangis Fatimah seraya berkata:
"Kenapa Ukasyah hendak pukul ayahku Rasulullah? Ayahku sedang sakit, kalau mau mukul, pukullah aku anaknya".

Bilal menjawab: "Sesungguhnya ini adalah urusan antara mereka berdua".

Bilal membawa cambuk tersebut ke Masjid lalu diberikan kepada Ukasyah.
Setelah mengambil cambuk, Ukasyah menuju ke hadapan Rasulullah.

Tiba2 Abu bakar berdiri menghalangi Ukasyah sambil
berkata: "Ukasyah..! kalau kamu hendak memukul, pukullah aku. Aku orang yg pertama beriman dg apa yg Rasulullah SAW sampaikan. Akulah sahabtnya di kala suka dan duka. Kalau engkau hendak memukul, maka pukullah aku".

Rasulullah SAW: "Duduklah wahai Abu Bakar. Ini urusan antara aku dengan Ukasyah".

Ukasyah menuju kehadapan Rasulullah. Kemudian Umar berdiri menghalangi Ukasyah sambil berkata:

"Ukasyah..! kalau engkau mau mukul, pukullah aku. Dulu memang aku tidak suka mendengar nama Muhammad, bahkan aku pernah berniat untuk menyakitinya, itu dulu. Sekarang tidak boleh ada seorangpun yg boleh menyakiti Rasulullah Muhammad. Kalau engkau berani menyakiti Rasulullah, maka langkahi dulu mayatku..!."

Lalu dijawab oleh Rasulullah SAW:
"Duduklah wahai Umar. Ini urusan antara aku dengan Ukasyah".

Ukasyah menuju kehadapan Rasulullah, tiba2 berdiri Ali bin Abu Talib sepupu sekaligus menantu Rasulullah SAW.

Dia menghalangi Ukasyah sambil berkata: "Ukasyah, pukullah aku saja. Darah yg sama mengalir pada tubuhku ini wahai Ukasyah".

Lalu dijawab oleh Rasulullah SAW:
"Duduklah wahai Ali, ini urusan antara aku dengan Ukasyah" .

Ukasyah semakin dekat dg Rasulullah. Tiba2 tanpa disangka, bangkitlah kedua cucu kesayangan Rasulullah SAW yaitu Hasan dan Husen.

Mereka berdua memegangi tangan Ukasyah sambil memohon. "Wahai Paman, pukullah kami Paman. Kakek kami sedang sakit, pukullah kami saja wahai Paman. Sesungguhnya kami ini cucu kesayangan Rasulullah, dengan memukul kami sesungguhnya itu sama dg menyakIiti kakek kami, wahai Paman."

Lalu Rasulullah SAW berkata: "Wahai cucu2 kesayanganku duduklah kalian. Ini urusan Kakek dengan Paman Ukasyah".

Begitu sampai di tangga mimbar, dg lantang Ukasyah berkata:

"Bagaimana aku mau memukul engkau ya Rasulullah. Engkau duduk di atas dan aku di bawah. Kalau engkau mau aku pukul, maka turunlah ke bawah sini."

Rasulullah SAW memang manusia terbaik. Kekasih Allah itu meminta beberapa sahabat memapahnya ke bawah. Rasulullah didudukkan pada sebuah kursi, lalu dengan suara tegas Ukasyah berkata lagi:

"Dulu waktu engkau memukul aku, aku tidak memakai baju, Ya Rasulullah"

Para sahabat sangat geram mendengar perkataan Ukasyah.
Tanpa ber-lama2 dlm keadaan lemah, Rasulullah membuka bajunya. Kemudian terlihatlah tubuh Rasulullah yg sangat indah, sedang bbrp batu terikat di perut Rasulullah pertanda Rasulullah sedang menahan lapar.

Kemudian Rasulullah SAW berkata:
"Wahai Ukasyah, segeralah dan janganlah kamu ber-lebih2an. Nanti Allah akan murka padamu."

Ukasyah langsung menghambur menuju Rasulullah SAW, cambuk di tangannya ia buang jauh2, kemudian ia peluk tubuh Rasulullah SAW seerat-eratnya. Sambil menangis se-jadi2nya,

Ukasyah berkata:
"Ya Rasulullah, ampuni aku, maafkan aku, mana ada manusia yang sanggup menyakiti engkau ya Rasulullah. Sengaja aku melakukannya agar aku dapat merapatkan tubuhku dg tubuhmu.

Seumur hidupku aku ber-cita2 dapat memelukmu. Karena sesungguhnya aku tahu bahwa tubuhmu tidak akan dimakan oleh api neraka.

Dan sungguh aku takut dengan api neraka. Maafkan aku ya Rasulullah..."

Rasulullah SAW dg senyum berkata:
"Wahai sahabat2ku semua, kalau kalian ingin melihat ahli Surga, maka lihatlah Ukasyah..!"

Semua sahabat meneteskan air mata. Kemudian para sahabat bergantian memeluk Rasulullah SAW.

Semoga dengan membaca ini bila ada air mata ini membuktikan kecintaan kita kepada kekasih Allah SWT....

Allahumma sholli 'alaa Muhammad.
Allahumma sholli 'alayhi wassalam ...
Semoga Allah Swt. Selalu meridloi kita semua.