Jumat, 03 Agustus 2018

Pelaku Tebas Leher Siswi SMP Usai di Rudapaksa



JejakNUsantara: Medan- Pihak kepolisian terus memburu pelaku pemerkosa yang tega menebas leher siswi SMP bernama Rudi Guru Singa alias Bapak Ocid (30).

Upaya pencarian itu dilakukan pihak personil gabungan Polsek Kutalimbaru bersama Polsek Pancur Batu.

Menurut Kapolsek Kutalimbaru AKP Martualesi Sitepu mengatakan kepada Tribun-Medan.com kalau pelaku sehari-hari bekerja sebagai tukang jagal hewan dan penarik becak.

"Diduga kuat yang bersangkutan telah melakukan pemerkosaan terhadap korban. Namun karena korban meronta, pelaku kemudian kalap lalu menebas leher korban. Sepertinya dia mengidap kelainan (jiwa)," kata Martualesi yang dihubungi Tribun-Medan.com via ponsel, Rabu (1/8/2018).

KS sebut saja namanya Bunga perempuan berusia 13, yang masih duduk di kelas 1 SMP warga Dusun IV Desa Sugau Kecamatan Pancur Batu tersebut.

Rudi Guru Singa alias Bapak Ocid (30) yang tega memperkosa lalu menggorek leher sisiwi SMP (Ist)

Diketahui Bunga alami penganiayaan berat pada Selasa (31/7/2018) sekitar pukul 21.00 WIB kemarin, yang dilakukan oleh salah seorang pria.

Korban ditemukan dalam keadaan leher ditebas dan berlumuran darah setelah diperkosa oleh pelaku.

KS sedang menjalani perawatan intensif di RSUP Adam Malik, Medan (Ist)

"Korban mengalami luka menganga di leher. Diduga luka korban akibat digorok," kata Kapolsek Kutalimbaru  AKP Martualesi Sitepu, Rabu (1/8/2018).

Dia mengatakan pelaku mengira korban telah tewas lalu ditinggalkan.

Tidak tahunya korban masih hidup dan berhasil berjalan meminta pertolongan di tepi jalan.

"Iya begitu kemungkinannya," kata Martualesi.

Martualesi Sitepu mengatakan korban ditemukan oleh saksi atas nama Tia ketika melintas di Jalan Suka Dame antara Desa Suka Dame dan Namo Rindang Kecamatan Kutalimbaru.

Saksi mendengar suara dan meminta tolong.

Tia yang mendengar teriakan meminta tolong itu, seketika berhenti dan membawa korban ke Puskesmas Pancur Batu namun akhirnya dirujuk ke salah satu RS pemerintah.

Martualesi menjelaskan bahwa dari hasil penyelidikan diketahui, sebelum kejadian sekitar pukul 16.00 WIB korban permisi kepada ibunya dengan alasan hendak pergi ke Warnet.

Dan dari hasil interogasi korban, ia menerangkan pelaku bernama Rudi Guru Singa alias Bapak Ocid.

Dia merupakan warga Desa Bintang Meriah Dusun III Kecamtan Pancur Batu, yang sehari-harinya berprofesi sebagai tukang becak.

"Dugaan sementara motif pelaku hendak menggagahi korban namun kuat dugaan korban menolak sehingga pelaku beringas menghajar korban," ungkap Martualesi.

Lebih lanjut, saat ini tindakan yang dilakukan adalah mengecek kondisi korban di RS Adam Malik Medan dan melalui Unit Reskrim Polsek Pancur Batu dipimpin Kanit IPTU Suhaily Amri.

Pihak kepolisian terus melakukan pengejaran terhadap pelaku ke Dusun III Timbang Lawan Tengah Desa Bintang Meriah, Desa Rambung Baru Kecamatan Sibolangit, Desa Sembahe.

"Hingga saat ini anggota dilapangkan, masih lakukan pengejaran kepada pelaku. dihimbau pelaku untuk menyerahkan diri 1x24 jam apabila tidak ada niat baik akan diberikan tindakan tegas dan terukur," tegas Martualesi.

Kepada keluarga tersangka termasuk isterinya juga diimbau untuk mencari keberadaan tersangka dan kepada warga yang mengetahui keberadaan pelaku untuk menghubungi no Kapolsek 08126345618, agar tersangka segera ditangkap," pungkasnya.

Jadi Mualaf Arnita Beasiswanya Disetop

SELAMAT DATANG SAHABAT NUSANTARA










Jadi Mualaf Beasiswanya Disetop, Arnita Disiram Kencing Babi

Arnita Rodelina Turnip. [Facebook]

Waktu itu bapaknya bilang, jangan dulu masuk Islam, nanti beasiswamu bermasalah."









Dana Beasiswa Utusan Daerah (BUD) yang diberikan Pemerintah Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, itu diduga dicabut lantaran Arnita menjadi mualaf atau berpindah ke agama Islam.
Beasiswa itu diberikan kepada Arnita karena dia merupakan siswi yang berprestasi di Kabupaten Simalungun.
Lisnawati, ibu Arnita, menceritakan kepada Suara.com, beasiswa itu juga yang kemudian mengantarkan Arnita menjadi mahasiswi di Fakultas Kehutanan IPB angkatan 2015.
”Pada 7 Agustus 2015, Arnita dengan 27 mahasiswa Simalungun penerima BUD berangkat ke IPB Bogor untuk menempuh studi. Arnita tercatat sebagai mahasiwi pada Program Studi Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB,” kata Lisnawati kepada Suara.com melalui sambungan telepon, Rabu (1/8/2018).
Beasiswa yang diperoleh Arnita berupa biaya kuliah satu semester Rp 11 juta, dan uang saku Rp 1 juta setiap bulan.
Dalam kontrak BUD, Arnita hanya disyaratkan harus berkontribusi untuk daerah setelah menyelesaikan perkuliahannya.
Selain itu, syarat Arnita tetap mendapat beasiswa itu ialah memunyain indeks prestasi (IP) minimal 2,50 per semester. Kalaupun DO, Arnita diwajibkan memulangkan semua dana beasiswa.
Selang satu setengah bulan, tepatnya 21 September 2015, Arnita ternyata menjadi mualaf atau berpindah ke agama Islam.
Mengetahui itu, orangtuanya sempat melarang ia masuk Islam. Sebab, dikhawatirkan beasiswanya dicabut oleh Pemkab Simalungun.
“Waktu itu bapaknya bilang, jangan dulu masuk Islam, nanti beasiswamu bermasalah. Kata bapaknya nanti saja kalau sudah lulus kuliah. Namun dia ngotot dan bilang keyakinan tak bisa dihalangi. Ya sudah akhirnya dia mualaf,” Lisnawati.
Memasuki semester dua, kekhawatiran orang tuanya terbukti. Arnita tak mendapatkan uang saku dari pemkab. Padahal, teman-teman lainnya tetap menerima.
Agar bisa terus menghidupi diri selama berkuliah di IPB, Arnita berjualan sejumlah barang via online.
“Semester dua dia tidak menerima uang saku BUD, tapi dia tetap kuliah sambil bekerja dan dagang online,” ujar Lisnawati.
Memasuki semester tiga, Arnita mendapat surat dari rektorat IPB yang tertulis BUD dicabut oleh Pemkab Simalungun dan biaya kuliahnya sejak semester dua sudah tidak dibayar.
Saat itu, Arnita sempat menelpon keluarga dan marah-marah karena BUD-nya disetop. “Waktu itu berkomunikasi dengan saya dia agak aneh, dia uring-uringan,” ucap sang ibu.
Namun, Arnita tetap berkuliah pada semester 3 itu. Tapi, karena tak lagi bisa indekos, Arnita pindah ke asrama mahasiswi IPB.
Sebelumnya, dia tinggal bersama teman-temannya sesama mahasiswa Simalungun penerima beasiswa daerah.
Sejak saat itu ia sudah tidak fokus kuliah dan lebih sibuk dengan bisnis onlinenya. Akibatnya, IP semester Arnita turun drastis.
Lalu, ia putus kontak dengan keluarga. Orangtuanya khawatir dan berusaha untuk mencarinya. Para kerabat dan sanak saudaranya di kampung berspekulasi. Ada yang menduga Arnita ikut kelompok aliran Islam radikal dan menjadi teroris.
“Kami keluarga terbawa isu, soalnya saudara-saudara bapaknya bilang jangan-jangan dia sudah dicuci otaknya dan masuk ISIS, teroris,” tuturnya.
Karenanya khawatir, Lisnawati dan sang suami datang ke Bogor dan menjemput paksa Arnita. Sesampainya di Simalungun, kerabat membawa Arnita ke paranormal.
Bahkan, oleh paranormal, Arnita sempat disiram air kencing babi karena dinilai kerasukan.
“Anak saya sampai dimandikan air kencing babi, supaya sumbuh kata orang-orang kampung. Kalau di Islam kayak orang dirukiyah,” kata dia.
Kepada Ibunya, Arnita mengaku ia tidak masuk jaringan teroris. Nilai perkuliahannya anjlok karena sibuk berjualan untuk membiayai kuliah  serta kehidupan sehari-hari.
 “Kemudian dia cerita kepada saya. Aku bukan Islam radikal dan teroris mak, tapi aku harus bekerja dan dagang karena untuk cari uang kuliahku,” ujar Lisnawati.
Berjuang Pulihkan Beasiswa Arnita
Sebagai Ibu, Lisnawati pun ikut perjuangkan beasiswa anaknya agar dipulihkan kembali oleh Pemkab Simalungun. Ia menghadap Bupati Simalungun melalui bantuan seorang ASN.
Namun, keluhannya tidak mendapat respons baik dari sang bupati. Ia dipimpong ke jajaran di bawah.
“Saat saya bertemu bapak bupati, tampaknya beliau sudah kenal nama anak saya. Tapi tidak dapat respons baik,” kata dia.
Tak hanya sampai di situ, ia juga datang menemui gubernur Sumut. Di Kota Medan, ia bahkan harus menginap di masjid satu malam, agar keesokan hari bisa menemui Gubernur Tengku Erry Nuradi.
“ Bapak Gubernur responsnya baik. Saya diarahkan ke sekda, berharap anak saya dapat beasiswa dan tetap bisa melanjutkan kuliah di IPB. Tapi ternyata belum ada program beasiswa untuk mahasiswa, yang ada masih sampai SMA,” tambah dia.
Kekinian, Arnita berkuliah di Universitas Buya Hamka (Uhamka) Jakarta, sambil berjualan online untuk biaya kuliah dan kehidupan sehari-hari.
Namun, Arnita, keluarga, maupun pihak Ombudsman berharap dana BUD dari Pemkab Simalungun bisa diaktifkan kembali.
Bahkan, rektorat IPB melalui siaran persnya telah menegaskan, Arnita belum dinyatakan DO, dan dalam proses pengembalian ke bangku perkuliahan.

Kamis, 02 Agustus 2018

Din Minta Ulama Sumbar tak Tolak Islam Nusantara


Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antar Agama dan Peradaban (UKP DKAAP) Din Syamsuddin (kanan) memberikan paparan saat jumpa pers World Peace Forum ke-7 di Kantor CDCC, Kebayoran Baru, Kamis (26/7).

Penolakan terhadap Islam Nusantara hanya akan memicu perpecahan sesama umat.

JejakNUsantara;  JAKARTA -- Utusan Khusus Presiden RI untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban (UKP-DKAAP), Din Syamsuddin meminta agar ulama Sumatera Barat (Sumbat) tidak menolak wawasan keislaman yang dikembangkan Nahdlatul Ulama (NU), yaitu Islam Nusantara. Menurut dia, sebaiknya tidak ada sikap tolak menolak antarumat Islam yang mengembangkan wawasan tertentu.

"Sebaiknya tidak perlu ada penolakan-penolakan seperti itu. Kalau ada kelompok Islam atau Ormas Islam kemudian mengembangkan satu wawasan tertentu seperti NU mengembangkan wawasan atau pikiran Islam Nusantara harus kita hargai," ujar Din saat ditemui usai konferensi pers terkait acara World Peace Forum (WPF) ke-7di Kantor CDCC, Jakarta Selatan, Kamis (26/7).

Din mengatakan, Islam Nusantara merupakan pandangan ulama warga Nahdliyin. Jika tidak setuju tidak perlu melakukan penolakan karena bisa memicu adanya perpecahan antar umat Islam. 

"Itulah pandangan NU. Itulah pendapat NU, tidak usahlah yang lain kemudian menolak. Kalau tidak setuju ya sudah silahkan, tapi gak usah pakek tolak menolak. Sebab kalau tolak menolak seperti ini nanti semua yang lain akan ada penolakan di sana, penolakan di sini," jelas Mantan Ketua Umum MUI ini.

Namun, Din meyakini tidak semua ulama Sumbar yang melakukan penolakan terhadap Islam Nusantara. Karena budaya tolak menolak itu bukan lah watak wasathiyah, bukan watak jalan tengah yang sebenarnya diajarkan Islam. 

"Watak wasathiyah yang diajarkan oleh Islam itu ya kalau dengan agama lain bagimu agamamu bagiku agamaku. Dan kalau sesama Muslim, 'bagimu pendapatmu bagiku pendapatku', tapi kita tepat bersaudara. Jadi mohon, dan saya kira itu tidak bisa diklaim itu seluruh kalangan ulama di Sumetara Barat," kata Din. 

Sebelumnya diberitakan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatra Barat tetap kukuh menolak penamaan 'Islam Nusantara'. Ketetapan ini dituangkan melalui surat resmi tertanggal 21 Juli 2018 itu yang di dalamnya memuat pernyataan bahwa 'Islam Nusantara' tidak dibutuhkan di Tanah Minang.

MUI Pusat sempat merespons penolakan yang dirilis MUI Sumbar tersebut. Wakil Ketua Umum MUI Pusat, Zainut Tauhid, sempat menyatakan bahwa penolakan konsep 'Islam Nusantara' oleh MUI Sumbar justru menyalahi khittah dan jati diri MUI itu sendiri. Zainut mengatakan, MUI seharusnya menjadi wadah musyawarah dan silaturahim para ulama dan cendekiawan Muslim dari berbagai organisasi.

Selasa, 31 Juli 2018

Hakim Nyatakan JAD Organisasi Terlarang


Pimpinan JAD Zainal Anshori alias Abu Fahry alias Qomaruddin bin M Ali (kiri) mengikuti sidang perdana pembubaran Jamaah Ansharut Daulah (JAD) di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jakarta, Selasa (24/7/2018). Dalam sidang tersebut, JAD didakwa sebagai kelompok yang menggerakan teror di Indonesia dan telah menyebabkan jatuhnya korban jiwa dan kerusakan objek vital.

Jakarta: JejakNUsantara- Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang diketuai oleh hakim Aris Bawono Langgeng dalam vonisnya pada Selasa menyatakan Jamaah Anshor Daulah (JAD) sebagai organisasi terlarang yang harus dibubarkan karena melanggar Undang-Undang tentang Tindak Pidana Terorisme.
Dalam bagian pertimbangan, majelis hakim menyatakan sependapat dengan tim penuntut umum bahwa aksi teror yang dilakukan sejumlah anggota JAD terkait dengan organisasi itu.


Jaksa sebelumnya menuntut majelis hakim membekukan korporasi atau organisasi Jamaah Anshor Daulah (JAD), organisasi lain yang berafiliasi dengan ISIS atau Daesh, atau ISIL atau IS dan menyatakan sebagai korporasi yang terlarang
Pada Jumat (27/7), kuasa hukum Asludin Hatjani menyampaikan nota pembelaan Zainal Anshori alias Abu Fahry alias Qomarudin bin M. Ali, yang antara lain menyatakan bahwa aksi-aksi teror yang disebut tim jaksa dalam dakwaan tidak terkait langsung dengan JAD.
Kuasa hukum JAD membantah semua dakwaan jaksa dan meminta organisasi itu dibebaskan dari segala tuntutan. Namun jaksa menolak nota pembelaan terdakwa. Jaksa menilai JAD sebagai organisasi yang membahayakan masyarakat banyak dan meminta hakim melarangnya.
JAD, yang merupakan organisasi bukan berbadan hukum, diduga terkait dengan serangan teror seperti ledakan bom di kawasan Thamrin di Jakarta, ledakan di Bandung, ledakan bom Molotov di Samarinda, serangan di Mako Brimob Depok, dan aksi  bom bunuh diri di Surabaya.

Minggu, 29 Juli 2018

TIPE KEPRIBADIAN

TIPE KEPRIBADIAN “KONSUL”
(ESFJ-A)

Beri dorongan, dukung dan perkuat satu sama lain. Karena energi positif yang disebarkan ke orang lain akan dirasakan oleh kita semua.
Deborah Day

Orang yang memiliki tipe kepribadian Konsul, karena kurangnya kata yang lebih baik, populer – yang tentu saja masuk akal, karena tipe ini juga merupakan tipe kepribadian yang sangat umum, mencapai dua belas persen dari populasi. Di sekolah menengah, Konsul biasanya menjadi pemandu sorak dan quarterback, mengatur pola, menjadi sorotan dan memimpin timnya menuju kemenangan dan ketenaran. Setelah itu dalam hidupnya, Konsul tetap senang mendukung teman dan orang yang dicintainya, mengorganisasikan silaturahmi sosial dan melakukan yang terbaik untuk memastikan semua orang senang.
Pada dasarnya, kepribadian Konsul adalah makhluk sosial, dan selalu mengetahui hal terbaru mengenai apa yang dilakukan teman-temannya
Mendiskusikan teori ilmiah atau memperdebatkan politik internasional tidak terlalu menarik perhatian konsul terlalu lama. Konsul lebih peduli dengan masalah praktis yang jelas, termasuk memperbaiki status sosial mereka dan mengamati orang lain. Mengikuti terus apa yang terjadi di sekitar mereka adalah kebutuhan sehari-hari mereka, tetapi kepribadian Konsul melakukan yang terbaik untuk memanfaatkan kekuatan mereka untuk kebaikan.
MENGHORMATI KEARIFAN KEPEMIMPINAN
Konsul adalah altruis, dan mereka memandang serius tanggung jawab mereka untuk membantu dan melakukan hal yang baik. Tidak seperti tipe kepribadian idealistik, Konsul akan mendasarkan pedoman sosial mereka pada tradisi dan hukum yang sudah mapan, menegakkan otoritas dan peraturan, alih-alih menarik moralitas mereka dai filosofi atau mistisisme. Penting bagi Konsul untuk mengingat bahwa orang berasal dari berbagai latar belakang dan perspektif, dan apa yang tampaknya benar bagi mereka belum tentu merupakan kebenaran absolut.
Orang dengan tipe kepribadian Konsul sanga suka melayani, menikmati peran apa pun yang memungkinkan mereka berpartisipasi dengan cara yang bermanfaat, sepanjang mereka tahu bahwa mereka dihargai dan diapresiasi. Ini khususnya terlihat di rumah, dan Konsul merupakan pasangan dan orang tua yang setia dan penyayang. Kepribadian konsul menghormati hierarki, dan mereka melakukan yang terbaik untuk memosisikan diri mereka dengan kewenangan, di rumah dan di tempat kerja, yang memungkinkan mereka menjaga segala sesuatunya tetap jelas, stabil dan teratur untuk semua orang.
HUBUNGAN HARMONIS
Suportif dan mudah bergaul, Konsul selalu mudah terlihat di tempat pesta – merekalah yang menemukan waktu untuk mengobrol atau tertawa bersama orang-orang! Namun pengabdian mereka lebih dari sekadar menjalani karena mereka harus menjalaninya. Kepribadian Konsul benar-benar senang mendengar tentang hubungan dan kegiatan teman-temannya, mengingat hal-hal kecil dan selalu siap membicarakan apa saja dengan kehangatan dan sensitivitas. Jika ada yang tidak berjalan baik, atau ada ketegangan di ruangan, Konsul mengatasinya dan mencoba memulihkkan keharmonisan dan stabilitas kelompok.
Sebagai tipe kepribadian yang sangat tidak menyukai konflik, Konsul menghabiskan banyak waktu mereka untuk membangun ketertiban sosial, dan lebih menyukai rencana dan kegiatan terorganisasi daripada kegiatan yang belum jelas akhirnya atau silaturahmi spontan. Kepribadian ini berupaya keras dalam kegiatan yang mereka atur, dan perasaan Konsul mudah tersakiti jika ide mereka ditolak, atau jika orang tidak tertarik. Sekali lagi, penting bagi Konsul untuk ingat bahwa setiap orang berasal dari tempat yang berbeda, dan ketidaktertarikan itu bukan merupakan komentar tentang mereka atau kegiatan yang mereka organisasikan – tetapi hanya karena itu bukan bawaan mereka.
Mengatasi sensitivitas mereka adalah tantangan terbesar bagi Konsul – orang-orang bisa saja tidak setuju dan mereka akan mengkritik, dan walaupun menyakitkan, itu adalah bagian dari kehidupan. Hal terbaik untuk orang dengan tipe kepribadian Konsul adalah melakukan apa yang dapat mereka lakukan terbaik: menjadi teladan, menangani apa yang mereka mampu tangani, dan menikmati bahwa banyak orang yang benar-benar mengapresiasi upaya yang mereka lakukan.

Menteri Desa: Kerja Pendamping Desa Bukanlah Mata Pencaharian Utama


Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo

SORONG, JejakNUsantara  - Insentif pendamping desa di Papua disebut masih kurang dan dianggap berbeda dengan di beberapa daerah lainnya terutama di tanah Jawa.

Menanggapi hal ini Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo menepis pernyataan tersebut, bahwa pendamping desa menurutnya tidak harus dijadikan mata pencaharian utama tetapi pandanglah hal itu sebagai pelaku usaha dengan menggali potensi desa yang ada.

Menteri menekankan bahwa pemerintah terbatas untuk pembiayaan tenaga pendamping desa. Sebab, untuk dana pelatihan pendamping desa saja diketahui mencapai Rp1,8 triliun dengan jumlahnya 40.000 pendamping.

"Buat teman-teman pendamping, saya minta bahwa tugas ini jangan dianggap sebagai mata pencaharian, tetapi tugas ini sebagai sebuah tempat pembelajaran sehingga pendamping Desa bisa belajar dan menjadi pengusaha pengusaha di Desa. Bisa menggerakkan masyarakat desa dan sekarang sudah banyak pendamping desa yang menjadi pengusaha di desa. Saya harapkan 5 sampai 10 tahun kedepan banyak pendamping desa ini yang menjadi pengusaha kelas menengah dan atas karena berbasis dari desa, karena Desa semakin berkembang," papar menteri Eko, Sabtu (28/7/2018).

Selanjutnya menteri Eko memaparkan mengenai efektivitas dana desa di tanah Papua. Menurutnya, prioritas dana desa di Papua digunakan untuk pembangunan infrastruktur, karena untuk memulai pengembangan ekonomi, infrastruktur harus didahulukan sehingga masyarakat bisa melakukan mobilitas kerja sebagai upaya menggali produktivitas dari potensi desa dan masyarakat desa.

"Di Papua memang dana desa sebagian besar masih banyak digunakan untuk infrastruktur. Kalau dulu memang masih kurang sekali, tapi kalau di kota dan di daerah-daerah yang dekat kota, ya seperti Kabupaten Jayapura, Kabupaten Sorong infrastrukturnya sudah cukup dan mereka saya anjurkan untuk memulai di pengembangan ekonomi," jelasnya.

Kemudian dia menjelaskan bagaimana melakukan pengembangan ekonomi dengan menggali potensi desa salah satunya dengan cara badan usaha milik desa (BUMDes) dan produk unggulan kawasan perdesaan (Prukades). Bahkan dia meminta para bupati untuk segera memberikan proposal terkait pengajuan BUMDes dan Prukades.

"Pengembangan ekonomi ya bisa melalui apa saja yang dapat digunakan untuk membuat bumdes aktivitas tugasnya bisa membentuk Bank Sampah, bisa membentuk desa desa wisata bisa membentuk pengelolaan pascapanen. Nanti tolong dikasih tau ke bupatinya masing-masing untuk ketemu saya ajukan proposal untuk program Prukades dan program ini nanti saya bisa 'link' kan ke 19 kementerian dan lembaga dunia usaha dan perbankan untuk mensupport produk unggulan dari Kabupaten dan desa-desa tersebut," jelasnya.