Minggu, 22 Juli 2018

Anak Gunung Krakatau Terus Batuk-batuk, Sudah 210 Letusan Terjadi

SELAMAT DATANG SAHABAT NUSANTARA


    
aktivitas-gunung-anak-krakatau_20180720_203750.jpg
JejakNUsantara,  KALIANDA – Selama sekitar satu bulan terakhir aktivitas Gunung Anak Krakatau (GAK) di Selat Sunda terus berfluktuatif. Aktivitas letusan pada kawah GAK masih terus terjadi.
Berdasarkan data Vocanic Activity Report (VAR), Kamis (19/7) sampai dengan pukul 24.00 WIB, tercatat ada 210 kali letusan GAK. Detuman letusan ini terdengar hingga pos PGA dan juga memunculkan getaran yang cukup kuat.
Kepala Pos Pantau GAK di desa Hargo Pancuran, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Andi Suardi mengatakan,  aktivitas gunung api yang mulai muncul dan tumbuh sejak tahun 1930 itu masih terus berfluktuasi.

Berdasarkan data VAR, letusan memiliki amplitudo 18-52 mm dengan durasi 17-80 detik. Juga ada hembusan kawah sebanyak 108 kali dengan amplitudo 3-24 mm dan durasi 11-60 detik.
“Juga terdeteksi adanya gempa tremor non harmonik sebanyak 11 kali dengan amplitudo 3-16 mm, durasi 33-97 detik. Dan gempa tremor harmonik dengan durasi dengan ampiltudi 9 mm dan durasi 49 detik,” kata dia, jumat (20/7/2018).
Sedangkan untuk gempa vulkanik dangkal terdeteksi sebanyak 63 kali dengan amplitudo 3-22 mm dan durasi 5-14 detik. Untuk status GAK sendiri masih pada level II waspada. Dimana nelayan dan pengunjung dilarang mendekat pada radius 1-2 kilometer.
“Sedangkan untuk siang ini (kemarin-red), pemantauan secara visual terhalang kabut. Aktifitas GAK tidak bisa dipantau secara visual,” terangnya.

Jejak NUsantara

www.jejaknusantara.tk

Sabtu, 21 Juli 2018

NASEHAT PROFESOR BJ. HABIBIE

*_Ada yang memiliki kecukupan harta dan benda, tapi dia diberi sakit yang parah,_*
.
*_Ada yang memiliki istri yang cantik, tapi dia diberi rumah tangga yang setiap hari cek-cok,_*
.
*_Ada yang suami – istri keluarganya lengkap diberi anak yang lucu-lucu dan sehat, tapi keluarganya, ayah-ibu, adik-kakaknya berantakan,_*
.
*_Ada yang memiliki pasangan penyabar dan penyayang, tapi dia masih merindukan momongan,_*
.
*_Ada yang memiliki suami tampan dan karier yang mapan, Tapi dia juga sering merasakan perangai suaminya yang kasar dan kurang perhatian,_*
.
*_Ada yang memiliki semuanya hampir sempurna, tapi dia tidak mendapat kesolehan dan merasakan manis-nya ibadah,_*

.
*_Maka yakinlah bahwa setiap orang yang memiliki kelebihan pasti ia juga memiliki kekurangan,_*
.
_*Tidak ada yang sempurna..*_

*_Belum tentu semua yang terlihat indah serta manis diluarnya, seperti itu juga di dalamnya,_*
.
*_Andai saja kita dapat mengetahuinya, pasti kita akan banyak bersyukur kepada Allah yang telah menjadikan diri kita seperti ini tanpa melirik dan mengharapkan kehidupan orang lain yang kita idam-idamkan._*
.
*_Boleh jadi, ketika kita mengetahui keadaan yang sebenarnya, kita akan berdoa kepada Allah agar jangan diberi ujian yang sama seperti diri dia._*
.
*_Jadi sekali lagi tidak perlu iri dengan kehidupan orang lain, karena apa yang sekarang kita jalani itu adalah rezeki yang terbaik dan ternikmat yang Allah anugerahkan kepada kita,_*
.
*_Banyak hal yang baik dalam diri setiap manusia, namun kadang kita lupa mensyukuri nikmat itu,_*
.
*_Maka banyaklah bersyukur atas keadaan mu yang sekarang ini, Karena jika Allah menghendaki maka semua juga akan berubah._*
.
*_Semoga Allah senantiasa menolong kita untuk bisa menjadi hamba-hambaNya yang banyak bersyukur._ _Aamiin._*

_________________
*Wassalam,*
_*Habibie*

Kamis, 19 Juli 2018

PEDULI WARGA YANG TERTIMPA MUSIBAH KEBAKARAN, GP ANSOR RUMBIA SERAHKAN BANTUAN 52 ZAK SEMEN




JejakNUsantara-RUMBIA- GP Ansor Rumbia memberikan bantuan kepada keluarga korban kebakaran di Kelurahan/Kampung Rukti Basuki Kecamatan Rumbia, Rabu (18/07). Pemberian bantuan ini diharapkan meringankan beban penderitaan warga yang terkena bencana dan dapat dipergunakan untuk membangun kembali rumah korban yang terbakar.
Bencana kebakaran sebelumnya menghanguskan 1 rumah milik Bapak Hani Warga Dusun 2 kampung Rukti Basuki kecamatan Rumbai Kabupaten Lampung Tengah.
Perinstiwa Tersebut Terjadi pada pukul 12.30 WIB, Adapun Penyebab kebakaran di akibatkan meledaknya kompor gas (14/7).
Penghuni rumah dalam keadaan selamat, Menurut keterangan sahabat Saroji Kasatkoryon Banser Rumbia kerugian kebakaran tersebut di taksir kurang lebih 40 juta Lebih, selain itu surat - surat berharga tidak bisa terselamatkan.

"GP Ansor Rumbia, menyerahkan bantuan 52 Zak semen kepada keluarga korban sebagai stimulan," terang Ketua GP Ansor Rumbia Daud Rais Abdillah, S.Pd.I, yang mendatangi lokasi kejadian pada Selasa (18/08) sore.
Harapannya kata dia, keluarga korban dapat terbantu dengan adanya bantuan tersebut.
Menurut Gus Daud yang juga Putra dari pengasuh Pondok Pesantren Daruth Thauhid Al Hasaniyah, pemberian bantuan ini diserahkan langsung kepada keluarga korban.
Bencana kebakaran tersebut dilaporkan tidak menimbulkan korban jiwa dan hanya menyebabkan kerugian materiil terutama karena ada barang berharga di rumah korban.

Lihat videonya:

Link; video kejadian
https://youtu.be/NckNWQO_Nfc
https://youtu.be/uRb9UGImA6s

KEBAKARAN HEBAT LULUH LANTAKKAN RUMAH WARGA

 



JejakNUsantara-RUMBIA-Bencana kebakaran sebelumnya menghanguskan 1 rumah milik Bapak Hani Warga Dusun 2 kampung Rukti Basuki kecamatan Rumbai Kabupaten Lampung Tengah.
Perinstiwa Tersebut Terjadi pada pukul 12.30 WIB, Adapun Penyebab kebakaran di akibatkan meledaknya kompor gas (14/7).
Penghuni rumah dalam keadaan selamat, Menurut keterangan sahabat Saroji Kasatkoryon Banser Rumbia kerugian kebakaran tersebut di taksir kurang lebih 40 juta Lebih, selain itu surat - surat berharga tidak bisa terselamatkan.


Rabu, 18 Juli 2018

Cara Membuat Website dari Wordpress, HTML, atau PHP, yang Mudah dan Cepat


JejakNUsanata- Saat ini, kita bisa dengan mudah beraktualisasi diri dengan menyalurkan berbagai karya yang kita buat. Pasalnya, ada banyak sekali platform yang bisa kita gunakan untuk menunjukkan karya kita ke khalayak luas. Sebut saja media sosial, YouTube, website dan blog.

Blog pun juga masih banyak digunakan masyarakat untuk menyalurkan karya berupa tulisan. Meski demikian, blog tak sekadar digunakan untuk berkarya. Semua pihak kini hampir semua memiliki website untuk tampat meletakkan data informasi tentang mereka.

Tak cuma itu, adanya websitemembuat status kita lebih sah. Ambil contoh ketika kita memiliki sebuah toko baju, akan lebih baik jika berbagai informasi dan ketersediaan baju di toko tersebut diperbaharui di website resmi toko tersebut. Jadi, jika sebuah toko memiliki website, toko itu akan terlihat legit.

Tak cuma toko, perusahaan, penyedia jasa, destinasi wisata, bahkan publik figur pun juga membutuhkan website. Oleh karena itu, penting untuk membagi berbagai cara membuat website yang mudah agar Anda bisa mengkreasikan sendiri. Seperti yang dirangkum oleh Liputan6.com pada Selasa (26/6/2018) dari berbagai sumber, berikut penjelasannya.

Blogspot dan Wordpress (sumber gambar: spelloutmarketing.com)

Cara membuat website atau blog sendiri di google secara gratis

Jika Anda ingin punya websiteyang sederhana, dengan cara membuat website yang juga mudah dan tak rumit, solusinya adalah blog. Blog adalah cara paling mudah untuk kita mempunyai website sendiri, membuat tampilan sendiri dengan mudah, serta gratis tanpa membayar. Ada dua cara membuat website berbasis blog yang bisa Anda tempuh, menggunakan Blogspot dan juga Wordpress.

Berikut caranya.

Buka www.blogger.com, masukkan email dan password Google Anda, lalu klik masuk, (ketik daftar jika Anda tak miliki akun Google)Klik tab "Blog Baru" untuk memulai blog baru AndaKetika sudah muncul box untuk mendaftar Blog baru, isi judul dan alamat blog sesuai dengan yang Anda inginkanBlog telah jadi. Klik "Mulai mengeposkan" untuk membuat tulisan blog pertama Anda.

 

Cara membuat website di Wordpress

Salah satu platform blogging selain Blogspot adalah Wordpress. Wordpress adalah platform yang sedikit lebih kompleks dan rumit ketimbang Blogspot. Banyak blogger dan bahkan website ternama menggunakan Wordpress karena penyesuaian konten yang lebih leluasa ketimbang Blogspot. Oleh karena itu, cara membuat website di Wordpress biasa digunakan oleh blogger yang sudah agak berpengalaman.

Berikut cara membuat website di Wordpress

Buka website Wordpress di id.wordpress.comKlik 'Buat situs web'Akan muncul halaman baru di mana Anda harus mengisi berbagai informasi seperti email, nama pengguna, password, serta alamat blog.Isi kolom tersebut dengan berbagai informasi yang Anda inginkan, sekaligus pilih nama blog dan URLnya. Jangan lupa juga untuk klik link yang bertuliskan "akan menggunakan alamat yang gratis"Klik tombol 'buat blog'Pihak Wordpress akan mengirim link verifikasi di email Anda. Klik link verifikasi tersebut dan laman dasbor akan muncul. Ini menandakan bahwa Blog Anda telah jadi dan sudah siap diisi.

Ilustrasi Berbagai Platorm Blog (sumber gambar: Digital Trends)

Cara membuat website dengan HTML

Mungkin Anda sudah sering mendengar istilah HTML. Namun sebenarnya HTML bukanlah istilah awam, namun merupakan sebuah kode untuk merancang website dan cara membuat website bisa Anda tempuh dengan memahami hal ini. HTML yang merupakan kependekan dari HyperText Markup Language, merupakan salah satu cara sederhana dan mendasar untuk membuat website.

Berikut adalah tag dasar dari HTML sebagai cara membuat website.

: Jenis Dokumen: Bagian Header atau Atas Web: Judul Halaman Web: Bagian Body atau Isi Web.

Di bawah ini adalah contoh pengaplikasian tag HTML yang bisa digunakan untuk merancang website sederhana Anda.

Pengaplikasian Tag HTML

Nah, karena Anda sudah tahu dasarnya, mari kita coba menempuh cara membuat website menggunakan HTML.

Install Notepad++Masukkan kode ke dalam Notepad. Contoh:

Pengaplikasian Tag HTML

Edit isi judul, header, serta bodi dan isi web AndaSave As dengan format (.html). Anda harus memilih html karena ketika Save As secara default, file akan berjenis (.txt).Coba buka file Anda di browser, seperti Chrome atau Firefox.

Berikut contoh hasilnya jika Anda membukanya di browser:

Pengaplikasian Tag HTML

Cara membuat website dengan PHP

PHP adalah bahasa pemrograman yang paling banyak digunakan sebagai cara membuat website. Berdasarkan data dari w3techs.com, PHP berada di urutan pertama sebagai bahasa pemrograman paling banyak dipakai untuk membuat website dengan jumlah yang cukup fantastis yakni 83,1 persen dari semua website menggunakan PHP.

Berbagai keunggulan PHP dibanding bahasa pemrograman yang lain adalah laman konten yang dinamis, kemudahan modifikasi informasi di database, mengontrol akses dari user, serta kemudahan enkripsi data. Kelemahannya, cara membuat website dengan PHP memakan waktu cukup panjang dan rumit karena dibutuhkannya pemahaman tinggi soal bahasa pemrograman.

Jadi jika Anda ingin untuk mempelajari bahasa pemrograman PHP yang ternyata cukup rumit dan panjang, ada banyak website yang mendedikasikan diri untuk memberi pengguna pelajaran soal memanfaatkan bahasa pemrograman ini. Melansir Niagahoster.co.id, Anda bisa mencoba mengakses beberapa website ini untuk belajar, antara lain: W3Schools.com, Tizag.com, Codeacademy.com, Learn-PHP.org, SoloLearn.com, serta Ilmuwebsite.com.

 

Cara membuat website sekolah, desa, dan perusahaan

Untuk membuat website yang digunakan untuk informasi sekolah, desa, perusahaan Anda bisa sekedar menggunakan blog. Pasalnya, pengoperasian dari blog yang mudah, laman tampilannya menarik, dan pastinya gratis, sudah sangat cukup untuk perusahaan hingga sekolah. Untuk cara membuat website berbasis blog silakan ikuti cara membuat website dengan Blogspot dan Wordpress di atas.


FORMASI CPNS LAMPUNG 2018

BANDAR LAMPUNG- JejakNUsantara: Penerimaan dan pendaftaran calon pegawai negeri sipil (CPNS) tahun anggaran 2018 segera dibuka. Pendaftaran dan pelaksanaan seleksi akan dilakukan terpusat dan terintegrasi. Seluruh tahap seleksi tahun ini, termasuk seleksi kompetensi dasar dan seleksi kompetensi bidang hanya akan dilakukan menggunakan komputer (CAT) yang hanya diselenggarakan Badan Kepegawaian Negara (BKN).
Lembaga itu sudah ditunjuk sebagai pelaksana panitia seleksi nasional rekrutmen CPNS. Tahun sebelumnya hanya tes umum yang menggunakan CAT. Sedangkan seleksi kompetensi dasar dan bidang dilakukan tanpa CAT oleh masing-masing departemen.
Selain perubahan proses seleksi, pendaftaran CPNS akan dilakukan terintegrasi melalui portal nasional via http://sscn.bkn.go.id dan tidak ada pendaftaran melalui portal mandiri oleh masing-masing instansi pemerintah. Dengan demikian alur pendaftaran CPNS akan lebih singkat sehingga memudahkan pelamar karena dilakukan melalui satu pintu.
Pengumuman resmi mengenai kuota formasi CPNS untuk pemerintah daerah, masih menunggu dari Kementrian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB). Termasuk tahapan seleksi penerimaan dan tata cara pendaftarannya. Untuk Provinsi Lampung, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota telah mengusulkan 23.407 formasi dan tengah menanti keputusan Menpan RB Asman Abnur.
Pemprov Lampung sendiri mengusulkan formasi sebanyak 505 CPNS dengan rincian tenaga kesehatan 171 orang, tenaga pendidikan 304, dan tenaga penunjang infrastruktur 30. Melalui Kepala Bidang Pengadaan dan Mutasi BKD Provinsi Lampung, Hendri Riduan merilis usulan formasi CPNS kabupaten/kota.  (REKANZA/PRO1)
Berikut formasinya:
1. Pemprov Lampung (505)
2. Bandar Lampung (3.555)
3. Metro (700)
4. Lampung Barat (1.633)
5. Pringsewu (621)
6. Tanggamus (1.595)
7. Lampung Utara (4.688),
8. Tulangbawang Barat (1.329)
9. Tulangbawang (1.426)
10. Lampung Selatan (2.015)
11. Waykanan (445)
12. Pesisir Barat (1.284)
13. Lampung Timur (932)
14. Pesawaran (1.712)
15. Mesuji (967).

Pendaftaran CPNS 2018 akhir Juli 2018, sambil menunggu pengumuman resmi, Ini Dokumen Wajib yg kudu disiapkan untuk Pelamar :

1. Fotokopi KTP
2. Fotokopi Ijazah dan Transkip Nilai yang telah dilegalisir
3. Surat keterangan akreditasi dari BAN PT.
4. Pas foto terbaru ukuran 4×6 cm sebanyak 4 lembar – latar belakang merah.

Dokumen tambahan bagi lulusan D III dan SMA/sederajat antara lain:
1. Materai Rp 6.000
2. Fotokopi KTP
3. Fotokopi ijazah/STTB
4. Fotokopi ijazah SD
5. Fotokopi ijazah SLTP
6. Fotokopi ijazah SLTA.
Jangan lupa yang tak kalah pentingnya, Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan Kartu Keluarga sudah terdaftar di Disdukcapil.
Langkah penting yang harus Anda lakukan saat ini adalah memastikan NIK dan Kartu Keluarga Anda sudah terdaftar di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil daerah Anda.

SAAT AGAMA DIPERJUAL BELIKAN


Belakangan ini, tak jarang kita menyaksikan “pencurian marwah agama” di televisi. Itu dilakukan bukan lagi untuk sekadar mencari makan, tapi demi menimbun kekayaan melalui rating menjulang dan iklan miliaran.

Ya, Anda tak salah, yang saya maksudkan “pencurian marwah agama” ialah disingkirkannya nilai-nilai dasar perihal syarat kompetensi keilmuan dan laku kesalihan pada para pengisi berbagai tayangan agama di televisi. Sungguh menyedihkan, sekaligus menyebalkan.

Di saat begitu banyak pemuka Islam yang sungguh-sungguh alim dan salih, yang telah diuji oleh bentang zaman yang panjang, dengan sanad keilmuan yang otoritatif, yang sangat kompeten untuk menyiarkan Islam rahmatan lil ‘alamin, sekelompok manusia di balik acara-acara keagamaan televisi begitu saja mencampakkan mereka. Lalu dengan ugal-ugalan mereka memilih orang-orang yang menurut mereka bisa diorbitkan, bisa dijual laris; sosok-sosok tak jelas juntrungnya, sanad keilmuannya, kesalihannya, yang penting tampan dan surbanan.

Memang itu hak mereka, sih. Mereka yang punya gawe, punya modal, dan kanalnya. Tapi, kita pun punya hak atas frekuensi yang mereka pakai itu. Persoalannya jelas tak lagi sesederhana itu hak mereka, sebab acara-acara berbalut keislaman itu melayang-layang di ruang publik kita, yang juga hak kita, diasup oleh khalayak luas, terutama kelompok awam.

Mereka, khalayak umum itu, mudah saja beranggapan bahwa para ustadz yang tampil di televisi adalah orang-orang alim, juga salih, pemuka agama. Kata-kata mereka serupa fatwa-fatwa yang suci, yang layak digugu.

Padahal, behind the scene-nya, sungguh tidak semulia itu. Rating dan iklan menjadi sesembahannya. Output materi ceramahnya otomatis tidaklah tergaransi mulia. Sebab yang mulia adalah omset belaka.

Sayangnya, emak-emak penatap layar kaca tak banyak yang tahu hal ini.

Ingatlah kegaduhan-kegaduhan yang pernah diciptakan acara-acara teve itu. Mulai dari pengharaman ziarah kubur oleh hostjenggotan yang kita tahu baru tiga Jumat belajar Islam, hingga ceramah “seks bebas” oleh anak abegeh tempo hari yang bulu-bulu kemaluannya palingan baru pating cerengut.

Oh, jangan lupa sama ustadz yang dengan wajah manis memfatwakan pasang alis tebal (baca: dandan) itu haram tetapi pernah memposting foto istrinya yang sedang menyusui. Tetek ternyata lebih profan dibanding alis, ya. Juga ustadz produk sinetron yang masang tarif iyig kepada para TKI Hongkong yang mengundangnya, yang akhirnya digantikan oleh Cak Nun dengan gratis.

Baca juga:  Cerita Pensiunan Penonton Bayaran tentang Profesi Penonton Bayaran Televisi

Gaduh-gaduh keagamaan itu jelas dipantik oleh pencampakan nilai-nilai dasar yang harusnya dijadikan pegangan utama oleh siapa pun yang menjadi penceramah (ustadz, kiai) dan para pengawal acaranya. Mulai dari sanad keilmuannya, kapasitas keahliannya, hingga testimoni atas kesalihannya.

Sayangnya, nilai-nilai fundamental penyiaran Islam itu hanya perkara etika. Dan soal-soal etika tak bisa dihukum. Paling banter hanya dikritik. Paling banter lagi, diberi sanksi sosial.

Saat Prof. Mahfud MD mengkritik ceramah yang menebar gaduh “pesta seks di surga”, dengan menyatakan perlunya acara-acara televisi memiliki tim ahli agama, itu jelas hanya seruan moral. Nasihat orang tua yang memprihatinkan kelakuan anak-anaknya. Bukan KUHP. Ia tak punya kekuatan mengikat untuk dipatuhi. Walhasil, insiden-insiden gaduh serupa kembali terulang dan niscaya akan kembali menyeruak. Tunggu saja ….

Sampai di sini, betapa sedihnya kita yang “dipermainkan” begitu saja oleh curut-curut media itu. Ya, media-media teve itu sejatinya bukan berjuang demi syiar Islam, melainkan demi ratingdan iklan. Jinguk.

Anda akan terbeliak jika diberitahu bahwa beberapa ustadz tivi itu sesungguhnya sama sekali tidak punya latar keilmuan agama yang kompeten. Bukan ahli agama blas. Mereka hanya bermodal subhanallah dan alhamdulillah plus tahu secuil ayat dan hadis dari google, tetapi tampan dan surbanan, jadilah ustadz teve.

Jangankan kenal MuwafaqatImam Syatibi atau nadzam “qala muhammadun huwa ibnu Maliki”, pernah dengar bahwa di dunia ini ada Jurumiyah dan Quratul Uyunsaja ndak tergaranasi. Jangankan paham silsilah keilmuan Imam Abu Hanifah yang berguru kepada Imam Ja’far Ash-Shodiq (tokoh utama Syiah), lalu Imam Syafi’i berguru kepada Imam Malik, dan Imam Hanbali berguru kepada Imam Syafi’i, sekadar untuk mendendangkan fa’ala yaf’ulu fa’lan saja tidak qualified.

Maklum, mereka itu “diorbitkan”. Ada yang aslinya hanya penulis script, asisten, kru, atau pemain sinetron, lalu disulap secara instan oleh tangan dingin produser agar memenuhi syarat “jualan agama”. Nilai-nilai etik fundamental dakwah telah digantikan oleh nilai-nilai “laku”. Rating menjadi parameternya. Soal konten, persetanlah ….

Baca juga:  Walau Nggak Sampai Dideportasi, Ustadz Kampung Juga Mengalami Hal-Hal Menyedihkan

Dari proses liar beginilah muncul narasi-narasi ceramah keislaman yang mengerikan. Haram-mengharamkan, sesat-menyesatkan.

Saya heran luar biasa, para pengampu acara teve itu apa ya ndak punya nurani ketika bermain-main dengan marwah agama, ya? Jika dilihat dari proses instan penayangannya yang begitu rupa, jawabannya: tidak ada. Islam tak lagi mereka bedakan marwahnya dengan mendoan yang digoreng sedemikian rupa supaya laku, kemudian dinamai “Islam itu Indah”. Agar laku.

Suatu kelak, jika pasar mulai jenuh, Islam Mendoan itu bisa saja diganti dengan Islam House of Terazi, Islam Iyig, dan lain-lainnya.

Tiada cara lain lagi bagi kita yang waras dalam belajar wawasan Islam selain memberikan sanksi kepada mereka dengan tidak menonton acara-acara keagamaan di televisi itu. Itulah sikap terbaik kita untuk menginsafkan para begundal tengik yang tega hati mencuri marwah agama. Para begundal yang tidak kelaparan, tapi serakah sebenar-benarnya serakah.

Minggu, 15 Juli 2018

TGB DUKUNG JOKOWI, APA ALASANYA

JejakNUsantara-Pernyataan dukungan tokoh ulama berpengaruh Muhammad Zainul Majdi atau lebih dikenal dengan Tuan Guru Bajang (TGB) terhadap Presiden Joko Widodo telah mengagetkan banyak pihak dan telah mendapatkan tanggapan yang luas. Baik pihak-pihak yang selama ini berada di dalam lingkarannya maupun pihak pemerintah sendiri. Bahkan hingga Jokowi sendiri yang selama ini terlihat selalu menjaga untuk tidak merespons manuver-manuver politik menjelang pemilihan presiden telah tergoda untuk ikut merespons langsung pernyataan TGB tersebut.

Banyak yang menganggap bahwa dukungan TGB ini hanya persoalan dukung-mendukung semata-mata dari sisi politik. Namun, jika kita pelajari lebih dalam penjelasan dan pernyataan-pernyataan lanjutan dari TGB, termasuk keterangan yang disampaikannya di akun Instagram yang telah dikutip luas oleh media, hendaknya kita tidak memahami sikap TGB ini demikian sederhana. Tetapi, ada kekhawatiran yang membuncah pada diri TGB tentang isu-isu keumatan yang selama ini telah berlangsung, dan telah diwarnai oleh manuver-manuver politik yang bagi TGB sebagai seorang ulama yang memiliki pengaruh di masyarakatnya situasi ini sangat mengkhawatirkan. 

Hingga akhirnya TGB memutuskan untuk menggunakan pengaruhnya, mencoba menetralisasi keadaan yang membuatnya khawatir semampunya, meskipun harus melawan arus dimana selama ini dia berada di dalamnya. TGB memutuskan untuk bersuara di tengah labirin besar yang mengelilinginya. Dia mencoba menetralisasi situasi yang telah membuatnya khawatir dan gundah. TGB tentu memiliki pertimbangan yang kuat mengenai sikapnya tersebut, untuk pada akhirnya menyatakan mendukung Jokowi dengan pertimbangan kemaslahatan bangsa, umat, dan akal sehat.

TGB mengambil risiko yang sangat besar, dan sangat disadari olehnya bahwa tekanan yang akan didapatkannya tidak mudah. Ini bagian dari jihad dengan sikap yang melawan arus para tokoh Islam rekan-rekannya yang saat ini sedang membangun kekuatan "Ganti Presiden 2019". Kenapa TGB mengambil sikap tersebut?

Para pemain politik nasional harus jeli melihat fenomena TGB ini bahwa masyarakat tidak mudah untuk digiring pada situasi yang membuat mereka terpaksa harus menyatakan suara pada situasi kehidupan sosial dan agamanya. Sesungguhnya yang dapat dipahami dari sikap TGB ini adalah bahwa TGB sedang mendukung sikap berpolitik yang santun yang diajarkan oleh Islam. Sikap berpolitik yang tidak lepas dari aturan-aturan hablum minannas, hubungan antarsesama manusia yang tetap tunduk pada etika dan nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri.

Kecenderungan lawan politik untuk mengalihkan perhatian masyarakat pada hal negatif yang disematkan kepada lawan politik tertentu direspons oleh masyarakat dengan akal sehat. Pengelolaan isu psikologis memang mudah dimainkan oleh tokoh politik untuk membangun stigma negatif maupun positif tokoh tertentu. Namun, manakala hal itu sudah dianggap berlebihan dan dinilai membahayakan umat maka masyarakat akan merespons sebaliknya dengan tujuan agar upaya-upaya negatif tidak terus berjalan.

TGB menyatakan sikap dukungan kepada Jokowi dapat dipahami dari sisi kekhawatiran seorang tokoh agama yang instingnya melihat potensi kekacauan di tengah masyarakatnya akibat dari isu-isu, dan strategi yang menggunakan cara-cara, yang dia anggap membahayakan bangsa yang dicintainya. Pernyataan TGB ini penting untuk dilihat sebagai indikasi kebangkitan suara-suara yang selama ini memilih diam untuk tidak merespons manuver-manuver yang selama ini diterapkan oleh sesama umat Islam dalam berpolitik.

Banyak kenyataan yang bisa kita lihat sebagai situasi politik yang pada akhirnya setiap individu akan mengambi keputusan untuk bersikap, misalnya kisah seorang pemilih pada Pilgub Jabar yang melawan situasi yang dialaminya dengan mengumumkan ke masyarakat, bagaimana hak memilihnya diintervensi oleh arahan kelompok tertentu tempat dia bekerja. Ini juga sebuah bentuk penolakan masyarakat terhadap sikap yang dianggap tidak benar dalam sebuah proses politik. Pada kisah yang lain, seorang anggota partai mengundurkan diri karena kecewa dengan sikap yang diambil oleh partai yang disebut menggunakan isu-isu SARA dalam menjalankan strategi politik, mempengaruhi pemilih, dan meraih kekuasaan. Serta, banyak kisah-kisah lain.

Di sisi lain, ada tokoh senior nasional yang kerap menggunakan diksi atau pilihan kata yang cenderung mempolarisasi masyarakat ke dalam kubu-kubu yang dikatakan satu kubu hitam dan satu kubu putih. Partai Allah dan Partai Setan, adalah cara-cara pemilihan bahasa yang tidak cocok digunakan dalam potret perpolitikan nasional. Apalagi sebenarnya hampir di semua partai politik sebagian besar pendukungnya adalah umat Islam.

Bahwa lawan politik menyerang satu sama lain baik dengan isu yang moderat maupun dengan isu yang menjatuhkan, itu hal yang lumrah dilihat dari pertarungan politik untuk memperebutkan suara pemilih. Namun, manakala strategi yang diterapkan sudah dinilai bahaya oleh masyarakat maka masyarakat akan melawan balik melalui aksi-aksi individu maupun kelompok.

Pelajaran Berharga

Bagi perpolitikan Indonesia hendaknya fenomena TGB ini dapat dijadikan sebagai cerminan dari pola perpolitikan nasional yang patut dijadikan pelajaran juga. Pertama, tidak mudah bagi seorang tokoh yang sedang berada di dalam lingkaran utama kelompok pengusung "Ganti Presiden 2019" untuk menyatakan sikap yang berbeda, bahkan bertentangan dengan agenda utama kelompoknya. Sikap yang diambil TGB telah mengagetkan banyak pihak, termasuk para ulama dan tokoh-tokoh politik nasional. 

Presiden Jokowi yang bahkan jarang sekali merespons manuver-manuver lawan politik, kali ini ikut merespons sikap TGB dengan menyatakan bahwa sikap TGB adalah bentuk penghargaan kepada pemerintah, dan menilai bahwa sikap itu adalah bentuk rasionalitas berpikir dalam melihat kenyataan bangsa Indonesia.

Kedua, kita hendaknya tidak melihat sikap TGB ini dari sisi dukung-mendukung secara politik semata, tapi kita harus melihatnya dari sisi kekhawatiran seorang tokoh agama yang memiliki pengaruh di masyarakat terkait perkembangan manuver-manuver politik yang tengah gencar, dan secara terus-menerus disuarakan di tengah umat Islam. Yaitu, manuver-manuver politik --yang ditolak oleh TGB-- yang membawa ayat-ayat ke dalam kancah pertarungan politik, mendikotomi kelompok ke dalam partai Allah dan Partai Setan, bahkan hingga mendudukkan lawan politik sebagai kafir.

Inilah yang harus dilihat lebih jauh dari sikap TGB, bahwa seseorang TGB sedang mencoba memperbaiki keadaan melalui pengaruh yang dimilikinya untuk menetralisasi potensi besar perpecahan umat karena strategi politik yang dinilai membahayakan tersebut. Maka, dari sisi ini dapat dilihat lebih dalam bahwa tujuan utama TGB tidak mendukung Jokowi tetapi lebih jauh lagi yaitu sedang mendukung terciptanya dan terjaganya keberlangsungan kehidupan harmonis di tengah umat Islam.

Tidak bisa dipungkiri bahwa umat Islam adalah mayoritas di hampir semua partai yang ikut dalam pesta perpolitikan nasional. Pelajaran yang bisa diambil oleh para pemain politik dan para tokoh yang sedang terlibat dalam pembangunan strategi-strategi pemenangan calon presidennya masing masing, bahwa hendaknya tidak bermain kotor dengan menggunakan pilihan-pilihan kata dalam istilah agama untuk bermain politik praktis yang sementara ini.

Para tokoh, siapapun, hendaknya memahami sikap TGB ini dari sisi yang lebih dalam, tidak hanya sekadar memahaminya dari sisi dukung-mendukung seorang calon presiden. Hendaknya para tokoh politik, para ulama, maupun para pemegang pengaruh di masyarakat berhati hati dalam menerapkan strategi dalam pemilihan presiden ini, karena masyarakat akan mengejar Anda untuk kembali ke jalan yang baik, apakah dia teman sendiri atau teman-teman dari kelompok lain.

Asep Jahidin pengamat sosial UIN Sunan Kalijaga Jogja

GUS MIEK DAN MBAH DALHAR WATUCONGOL


Di tengah-tengah pendidikannya di Lirboyo, Gus Miek justru pergi ke Watucongol Magelang, ke pondok pesantren yang diasuh KH. Dalhar yang terkenal sebagai seorang wali di Jawa Tengah.

KH. Dalhar adalah seorang di antara tiga wali yang termasyhur di Jawa Tengah. Wali-wali itu adalah KH. Hamid, Kajoran, Magelang, sebagai wali dakwah; dan KH. Dalhar sendiri sebagai wali hakikat. Akan tetapi, sejak KH. Dalhar wafat pada 1959, menurut sebagian pendapat, posisinya digantikan KH. Mangli, Muntilan, Magelang.

Awal kedatangannya di Watucongol pada 1954, Gus Miek tidak langsung mendaftarkan diri menjadi santri, tetapi hanya memancing di kolam pondok yang dijadikan tempat pemandian. Hal itu sering dilakukannya pada setiap datang di Watucongol. Kebiasaannya memancing tanpa memakai umpan, terutama di kolam tempat para santri mandi dan mencuci pakaian, membuat Gus Miek terlihat seperti orang gila bagi orang yang belum mengenalnya. Setelah beberapa bulan dengan hanya datang dan memancing di kolam pemandian, ia lalu menemui KH. Dalhar dan meminta izin untuk belajar.

“Kiai, saya ingin ikut belajar kepada kiai,” kata Gus Miek ketika itu.
“Belajar apa tho, Gus, kok kepada saya,” tanya KH. Dalhar.
“Saya ingin belajar Al Qur’an dan Kelak ingin saya sebarkan,” jawab Gus Miek dengan mantap.
KH. Dalhar akhirnya mau menerima Gus Miek sebagai muridnya, khusus untuk belajar Al Qur’an. Akan tetapi, Gus Miek tidak hanya sampai di situ saja, ia berulang kali juga meminta berbagai ijazah amalan untuk menggapai cita-cita, tanggung jawab, dan ketenangan hidupnya. Seolah ingin menguras habis semua ilmu yang ada pada KH. Dalhar, terutama dalam hal kapasitas KH. Dalhar sebagai seorang wali, mursyid tarekat, dan pengajar Al Qur’an. Gus Miek juga seolah ingin mempelajari bagaimana seharusnya menjadi seorang wali, apa saja yang harus dipenuhi sebagai seorang mursyid, dan seorang pengajar Al Qur’an.

Setiap kali Gus Miek meminta tambahan ilmu, KH. Dalhar selalu menyuruh dia membaca Al Fatehah. Apa pun bentuk permintaan Gus Miek, KH. Dalhar selalu menyuruhnya mengamalkan Al Fatehah.

Barangkali karena ajaran KH. Dalhar tersebut, Gus Miek banyak memberikan ijazah bacaan Al Fatehah kepada para pengikutnya untuk segala urusan. Bahkan apabila ingin berhubungan dengan Gus Miek, cukup dengan membacakan Al Fatehah saja. Dan, bisa jadi inilah yang mengilhami Gus Miek (di samping ijazah yang diberikan oleh Imam Al Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin yang disampaikan kepada adiknya) menerapkan ajaran sejumlah bacaan Al Fatihah dalam kegiatan wirid Lailiyah yang didirikannya pada tahun 1961, yang kemudian berkembang menjadi Dzikrul Ghofilin pada 1973.

KH. Dalhar, bagi Gus Miek, adalah satu-satunya orang yang dianggap sebagai guru dunia dan akhirat. Oleh karena itu, selama berada di Watucongol, Gus Miek dengan telaten selalu membersihkan terompah KH. Dalhar, dan menatanya untuk lebih mudah dipakai ketika KH. Dalhar naik ke masjid. Menurut Gus Miek, hal itu dilakukan sebagai upayanya untuk belajar istiqamah. Sebab istiqamah, menurut ajaran KH. Djazuli, ayahnya, adalah lebih utama dari 1000 karomah. Oleh karena itu, dalam rangka melatih keistiqomahannya, Gus Miek memulai dengan istiqomah membersihkan dan menata terompah KH. Dalhar gurunya.

Pernah, di suatu hari, Gus Miek menemukan trompah KH. Dalhar yang biasanya ada di depan kamar ada dua buah yang sama persis baik ukuran maupun bentuknya sehingga ia tidak bisa membedakannya. Bungkul (tangkai tempat menjepit antara jari kaki) terompah KH. Dalhar terbuat dari emas, terompah yang satu juga sama. Akhirnya, ia membersihkan dan menata keduanya sambil menunggu siapakah tamu gurunya itu. Sekian lama ia menunggu sampai terkantuk-kantuk, tetapi terompah itu tetap dua buah jumlahnya. Ketika sesaat ia terlena, terompah itu tinggal satu. Ia terkejut, kemudian berlari jauh keluar pondok untuk melihat tamu tersebut sepanjang jalan sehingga nafasnya tersengal-sengal. Tetapi, jalan tampak sepi dan tidak ada seorang pun terlihat melintas. Padahal, menurut perkiraan Gus Miek, orang tua yang berjalan memakai terompah itu pasti belum jauh dan seharusnya sudah terkejar atau justru berada jauh di belakangnya.

Esok harinya, Gus Miek menemui KH. Dalhar yang baru turun dari masjid memimpin jama’ah shalat Zuhur. Sesampai di kamarnya Gus Miek bertanya: “Maaf, Guru, tamu Guru tadi malam itu siapa?”

KH. Dalhar tidak menjawab, sementara Gus Miek tidak mau beranjak sebelum mendapatkan jawaban. Gus Miek tetap duduk menunggu jawaban dari KH. Dalhar. Ketika KH. Dalhar beranjak ke masjid untuk mengimami shalat Ashar, ia mengikutinya untuk menata terompah KH. Dalhar. Dan, ketika KH. Dalhar kembali ke kamar, Gus Miek pun kembali mengikutinya dan duduk di depan kamar untuk menunggu jawaban. Demikian juga ketika saat tiba waktu shalat Maghrib dan Isya. Sehingga, baru ketika sesudah Isya, KH. Dalhar menyuruh pembantunya memberi tahu bahwa tamunya semalam adalah Nabi Khidir. Setelah mendapatkan jawaban itu, barulah ia mau beranjak dari tempat duduknya. Menurut keterangan Nyai Dalhar, dari sekian banyak santri KH. Dalhar, hanya Gus Miek yang berani dan diizinkan masuk ke kamar KH. Dalhar.
Kegiatan Gus Miek di Watucongol selain mengaji Al Qur’an, Gus Miek juga tetap sering bepergian ke pasar-pasar, tempat hiburan, dan mengadu ayam jago. Kebiasaan ini membuat Gus Miek sering harus berhadapan dengan Gus Mad, putra KH. Dalhar, yang kebetulan saat itu memegang tanggung jawab sebagai keamanan pondok karena Gus Miek dianggap sering tidak disiplin. Sedangkan santri yang sering menemani Gus Miek saat di Watucongol adalah Bakri (KH. Bakri), kini pengasuh Pesantren Al Qur’an, Jampiroso, Kacangan, Boyolali.

Pernah Gus Miek menyuruh beberapa gus di Kediri agar buru-buru mondok di tempat KH. Dalhar karena dia akan meninggal. Semua berbondong ke tempat KH. Dalhar. Saat itu, Gus Miek menyatakan bahwa KH. Dalhar akan meninggal sekitar 23 Ramadhan 1959, begitu semua datang ke Watucongol, ternyata KH. Dalhar masih sehat. Tercatat di antara orang-orang yang pergi ke Watucongol adalah KH. Mubasyir Mundzir dan Gus Fu’ad (adik Gus Miek).

Pernah KH. Djazuli menugaskan Gus Nurul Huda untuk datang ke Watucongol mewakili KH. Djazuli untuk menyerahkan adik-adiknya yang mondok ke Watucongol. Di Watucongol, Gus Huda di samping menyerahkan adik-adiknya kepada KH. Dalhar sebagaimana amanat KH. Djazuli, juga meminta maaf bila adiknya, Gus Miek, banyak melakukan kekeliruan di Watucongol. Tetapi, jawab KH. Dalhar waktu itu justru sangat mengejutkan Gus Huda, “Gus Miek itu difatihahi mental,” jawab KH. Dalhar. Gus Huda hanya tersenyum karena dia sudah paham akan adiknya yang satu itu.

Dalam versi yang lain diceritakan bahwa bukan Gus Huda yang menyerahkan Gus Miek, tetapi kebalikannya. Saat itu, Gus Huda dan Gus Fua’ad disuruh KH. Djazuli agar mondok ke KH. Dalhar. Saat hendak berangkat, Gus Miek masih duduk di teras dengan hanya memakai celana pendek.
“Mau ke mana, Mas Dah?” tanya Gus Miek.
“Aku disuruh bapak mondok ke Jawa Tengah dengan Fu’ad,” jawab Gus Huda.
Keduanya kemudian berangkat dengan naik kereta api. Sesampainya di Watucongol, ternyata Gus Miek sudah berada di teras pondok dengan pakaian masih seperti tadi pagi ketika di kediri.
“Kenapa di sini?” tanya Gus Huda yang sudah mengenal kelebihan adiknya.
“Mengantar kalian kepada Kiai Dalhar,” jawab Gus Miek.
“Aku tidak mau kalau pakaianmu seperti itu,” jawab Gus Huda sambil memberikan pakaiannya ke pada Gus Miek untuk berganti pakaian.

Mereka bertiga kemudian sowan. Setelah sowan, Gus Miek mengantarkan memilih kamar dan setelah itu hilang entah ke mana dengan meninggalkan pakaian Gus Huda.
Akhirnya, semua memburu Gus Miek karena dianggap telah berbohong perihal kematian KH. Dalhar. Tetapi semua menjadi terdiam ketika 25 Ramadhan 1959, KH. Dalhar benar-benar meninggal dunia.

Gus Miek dan KH. Mas’ud, Pagerwojo

Ketika Gus Miek masih berusia 9 tahun, Gus Miek sowan ke rumah Gus Ud (KH. Mas’ud) Pagerwojo, Sidoarjo. Gus Ud adalah seorang tokoh kharismatik yang diyakini sebagai seorang wali. Dia sering dikunjungi olah sejumlah ulama untuk meminta doanya. Di rumah Gus Ud inilah untuk pertama kalinya Gus Miek bertemu KH. Ahmad Siddiq, yang di kemudian hari menjadi orang kepercayaannya dan sekaligus besannya.....................

Saat itu, Kiai Ahmad Siddiq masih berusia 23 tahun, dan tengah menjadi sekretaris pribadi KH. Wahid Hasyim yang saat itu menjabat sebagai menteri agama. Sebagaimana para ulama yang berkunjung ke ndalem Gus ud, kedatangan Kiai Ahmad Siddiq ke ndalem Gus Ud juga untuk mengharapkan doa dan dibacakan Al-fatehah untuk keselamatan dan kesuksesan hidupnya. Tetapi, Gus Ud menolak karena merasa ada yang lebih pantas membaca Al-Fatehan. Gus Ud kemudian menunjuk Gus Miek yang saat itu tengah berada di luar rumah. Gus Miek dengan terpaksa membacakan Al-Fatehah setelah diminta oleh Gus Ud...................

KH. Ahmad Siddiq, sebelum dekat dengan Gus Miek, pernah menemui Gus Ud untuk bicara empat mata menanyakan tentang siapakah Gus Miek itu.
“Mbah, saya sowan karena ingin tahu Gus Miek itu siapa, kok banyak orang besar seperti KH. Hamid menghormatinya?” Tanya KH. Ahmad Siddiq.
“Di sekitar tahun 1950-an, kamu dating ke rumahku meminta doa. Aku menyuruh seorang bocah untuk mendoakan kamu. Itulah Gus Miek. Jadi, siapa saja, termasuk kamu, bias berkumpul dengan Gus Miek itu seperti mendapatkan Lailatul Qodar,” jawab Gus Ud.
Begitu Gus Ud selesai mengucapan kata Lailatul Qodar, Gus Miek tiba-tiba turun dari langit-langit kamar lalu duduk di antara keduanya. Sama sekali tidak terlihat bekas atap yang runtuh karena dilewati Gus Miek. Setelah mengucapkan salam, Gus Miek kembali menghilang.

Suatu hari, Gus Miek tiba di Jember bersama Syafi’I dan KH. Hamid Kajoran, mengendarai mobil Fiat 2300 milik Sekda Jember. Sehabis Ashar, Gus Miek mengajak pergi ke Sidoarjo. Rombongan bertambah Mulyadi dan Sunyoto. Tiba di Sidoarjo, Gus Miek mengajak istirahat di salah satu masjid. Gus Miek hanya duduk di tengah masjid, sementara KH. Hamid Kajoran dan Syafi’I tengah bersiap-siap menjalankan shalat jamak ta’khir (Magrib dan Isya).
Ketika Syafi’I iqomat, Gus Miek menyela, “Mbah, Mbah, shalatnya nanti saja di Ampel.” KH. Hamid dan Syafi’i pun tidak berani melanjutkan.
Tiba-tiba, dari sebuah gang terlihat seorang anak laki-laki keluar, sedang berjalan perlahan. Gus Miek memanggilnya.
“Mas, beri tahu Mbah Ud, ada Gus Hamim dari kediri,” kata Gus Miek kepada anak itu.
Anak itu lalu pergi ke rumah Mbah Ud. Tidak beberapa lama, Mbah Ud datang dengan dipapah dua orang santri.
“Masya Allah, Gus Hamim, sini ini Kauman ya, Gus. Kaumnya orang-orang beriman ya, Gus. Ini masjid Kauman, Gus. Anda doakan saya selamat ya, Gus,” teriak Mbah Ud sambil terus berjalan kea rah Gus Miek.
Ketika sudah dekat, Gus Miek dan Mbah Ud terlihat saling berebut untuk lebih dulu menyalami dan mencium tangan. Kemudian Gus Miek mengajak semuanya ke rumah Mbah Ud. Tiba di ruamh, Mbah Ud dan Gus Miek duduk bersila di atas kursi, kemudian dengan lantang keduanya menyanyikan shalawat dengan tabuhan tangan. Seperti orang kesurupan, keduanya terus bernyanyi dan memukul-mukul tangan dan kaki sebagai musik iringan. Setelah puas, keduanya terdiam. “Silakan, Gus, berdoa,” kata Mbah Ud kepada Gus miek. Gus miek pun berdoa dan Mbah Ud mengamini sambil menangis.
Di sepanjang perjalanan menuju rumah Syafi’I di Ampel, Sunyoto berbisik-bisik dengan Mulyadi. Keduanya penasaran dengan kejadian yang baru saja mereka alami. Karena Mbah Ud Pagerwojo terkenal sebagai wali dan khariqul ‘adah (di luar kebiasaan). Hampir semua orang di Jawa Timur segan terhadapnya. “Mas, misalnya ada seorang camat yang kedatangan tamu, lalu camat tersebut mengatakan silakan-silakan dengan penuh hormat, itu kalau menurut kepangkatan, bukankah tinggi pangkat tamunya?” Tanya Sunyoto kepada Mulyadi..

Mbah Ud adalah salah seorang tokoh di Jawa Timur yang sangat disegani dan dihormati Gus Miek selain KH. Hamid Pasuruan. Hampir pada setiap acara haulnya, Gus Miek selalu hadir sebagai wujud penghormatan kepada orang yang sangat dicintainya itu.

LDK dan KAMMI Picu Radikalisme Kampus


Agar ada perlawanan, Azyumardi Azra mendorong kelompok Cipayung lebih aktif di kampus

JejakNUsantara - Cendikiawan Muslim Azyumardi Azramengakui perkembangan paham radikal di lembaga pendidikan tinggi di Indonesia makin marak. Hal itu disebabkan, berkembangnya kelompok kanan atau kalangan Islamis yang cenderung jihadis seperti Lembaga Dakwah Kampus (LDK) dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI).

"Mereka ini secara tidak resmi berafiliasi dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS)," kata Azyumardi Azra saat menjadi pembicara dalam sebuah diskusi di Graha CIMB Niaga, Jalan Sudirman, Jakarta Selatan, Selasa (10/7/2018).

Untuk mengahadapi hal itu, dia berharap agar kelompok Cipayung, seperti Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Persatuan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) kembali bergerak aktif. Dia juga ingin agar cita-cita dari kelompok Cipayung ini dapat direformasi.

"Reformasinya, misalnya orientasi politiknya terlalu tinggi," kata Azyumardi.

Mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut mengatakan, kelompok Cipayung selama ini belum melakukan apa-apa untuk melawan berkembangnya paham radikal tersebut.

"Saya lihat selama ini mereka belum melakukan apa-apa. Alumni Cipayung harus bergerak demi menyelamatkan NKRI," katanya.

Langkah tersebut, kata dia, perlu dilakukan untuk membendung pergerakan dari kelompok berpaham radikal. Sebab kalau tidak, maka LDK dan KAMMI akan menguasai kegiatan di kampus.

"Supaya ada kontra gerakan, kalau nggak selama ini cuma dikuasai oleh organisasi kelompok yang ke kanan itu, ke kanan itu yang Islamis, seperti LDK dan KAMMI. KAMMI itu harus ada pertarungannya, harus ada pesaingnya. " tutup Azyumardi.


Sumber; www.Suara.com

Sabtu, 14 Juli 2018

Sudut Pandang Sejarah Berdirinya Nahdlotul Ulama


JejakNUsantara- Nahdlotul Ulama didirikan bertepatan pada tanggal 16 Rajab 1344 H bertempat di Surabaya dikediaman KH. Wahab Hasbullah, pada saat itu para Ulama atau Kiai mengadakan pertemuan, diantara ulama yang hadir pada pertemuan itu adalah KH Hasyim Asy’ari, KH. Bisri Sansuri, KH. Ridlwan Abdullah, KH Asnawi, KH. Ma’sum, KH. Nawawi, KH. Nahrowi, KH. Alwi Abdul Aziz Surabaya dan lain sebagianya. Dalam pertemuan tersebut menghasilakan beberapa keputusan penting salah satunya adalah membentuk Jam’iyyah sebagai wadah persatuan para Ulama dalam tugasnya memimpin umat menuju terciptanya izzul Islam wal muslimin (Kejayaan Islam dan Muslimin), Jam’iyah ini diberi nama Nahdlatoel Oelama (NO) atau Nahdlatul Ulama (dalam ejaan yang disempurnakan). Tujuan jamiyah ini secara sigkat adalah membina terwujudnya masyarakat Islam berdasarkan akidah Ahlussunnah wal Jamaah.

Banyak buku yang menerangkan tentang latar belakang berdirinya Nahdlotul Ulama, dalam kaca mata para penulis Barat dan Indonesia dalam menulis sejarah NU didominasi dengan kajian modernis. Selian itu juga ada beberpa pandangan yang dimaktub dalam beberapa buku yag ditulis oleh kaum tradisioanalis tentang sejarah berdirinya NU itu sendiri. Dalam kajian modernis, misalkan Deliar Noer mengatakan bahwa NU sebagai gerbong perlawanan terhadap pembaharu Islam. NU adalah perluasan dari tujauan Komite Hijaz yang mana merupakan bentuk perlawanan terhadap Komite Khilafat yang didominasi oleh kaum modernis.

Munculnya komite khilafat dilatarbelakangi oleh terjadinya guncangan Daulat Turki Utsmani semenjak perang dunia I  berahir, karena adanya perebuatan kekuasaan oleh Kaum nasionalis Turki yang dipimpin oleh Mustofa Kamal Pasha. Pada tahu 1922 Majelis Raya Turki mulai menghilangkan kekuasaan Sultan diganti dengan negara Republik dan pada ahirnya majelis ini memberangus khilafat pada kepemimpinan Khalifah Abdul Majid. Peristiwa ini menjadi perhatian dunai Islam salah satunya adalah Indonesia. Masyarakat muslim Indonesia membentuk Komite Khilafat yang merupakan representasi dari organisasi-organisasi Islam yang akan mengikuti kongres tentang khilafat di Mesir pada bulan Maret 1924. Komite Khilafat ini dibentuk di Surabaya pada 04 Oktober 1924 ditunjuk sebagai ketua Wondoamiseno (Serikat Islam) dan wakilnya KH. Wahab Hasbullah. Pada kongres Al-Islam yang ketiga menyepakati untuk mengirim delegasi ke acara Kongres khilafat di Kairo Mesir yang beranggotakan Suryopranoto (Serikat Islam), Haji Fachrudin (Muhammadiyah) dan KH. Wahab Hasbullah (kaum tradisional).

Dalam perjalananya, Kongres Khilafat ditunda karena dunia Islam tertuju kepada perkembagnan di Hijaz yaitu Ibnu Saud berhasil menggulingkan kekuaaan Syarif Husain di Makkah (1924). Ibnu Saud yang berfaham Wahabi tersebut melakukan pembersihan praktek-praktek beragaama yang tidak sesuai dengan faham wahabi. Kebijakan Ibnu Saud tersebut mendapat respon baik dari kalangan modernis yang ada di Indonesia. Pada Kongres Al Islam keempat di Yogyakarta 21-27 Agustus 1925 dan Kongres Al-Islam kelima di Bandung membahas undangan raja Ibnu Saud kepada umat Islam di Indonesia untuk menghadiri Kongres di Mekkah. Dalam kongres-kongres tersebut kalangan modernis sangat mendominasi, bahkan sebelum kongres di Bandung diceritakan kalangan modernis sudah mengadakan pertemuan 8-10 Januari 1926 yang salah satu keputusannya menetapkan HOS Tjokroaminoto dari Sarekat Islam dan KH. Mas Mansur dari Muhamadiyah sebagai utusan unuk menghadiri kongres di Makkah.

KH. Wahab Hasbullah dari kalangann tradisionalis mengajukan usulan terkait aspirasi Islam Tradisional agar Raja Ibnu Saud menghormati tradisi keagamaan seperti ziarah kubur, membaca doa-doa, ajaran mazhab dan tradisi yang telah mengakar di Makkah dan Madinah. Tetapi usulan tersebut dikesampingkan oleh kaum modernis. Ahirnya KH. Wahab Hasbullah dan tiga orang pengikutnya meninggalkan kongres (walk-out). Dan membuat inisatif untuk mengadakan rapat dengan ulama-ulama senior dari Surabaya. Pada rapat berikutnya di hadiri oleh ulama-ulama dari beragai daerah di Jawa dan menyepakati untuk membuat komite Hijaz yang pada perjalannya diubah namanya menjadi Nahdlotul Ulama.

Menurut sebagian pakar seperti Deliar Noer mengatakan bahwa yang melatarbelakangi lahirnya NU secara spesifik  adalah kekecewaan kaum tradisionalis yang tidak terakomodir dalam komite khilafat yang akan mewakili umat Islam Indonesia diacara Kongres di Makkah tahun 1926, namun ada beberapa pakar yang melihat lebih jauh lagi bahwa cika bakal  berdirinya NU sudah ada ketika arus Islam Modernis yang dipengarui oleh pemikiran Jamaludin al-Afghani dan Muhammad Abduh mulai masuk ke Indonesia yang ada di Sumatera Barat dan menjalar ke wilayah lain seperti Jawa.

Pada awala abad ke 20 menurut Andre Feillard dalam kurun waktu sepuluh Tahun ada seorang yang sedang dinamis yaitu KH. Wahab Hasbullah yang mengorganisir kaum Islam Tradisionalis dengan dukungan KH Hasyim Asy’ari. KH Wahab Hasbulah pada 1916 bersama KH. Mas Mansur dan HOS Tjokroaminto, Raden Pandji Soeroso, Soendjoto dan KH. Abdul Kohar mendirikan perguruan Nahdlatul Wathan di kampung Kawatan Gang IV Surabaya, Perguruan ini memiliki tujuan mendidik kader-kader muda dan membangun semangat nasionalisme. Dalam perjalannya menjadi tempat pengkaderan remaja Islam yang kemudian disebut Jamiyah Nashihin. Ada beberapa Cabang Nahdlatul Wathan diantaranya di Semarang, Malang, Sidarjo, Gresik, Lawang, Pasuruan dan lain-lain.

KH. Wahab Hasbullah juga mengakomodir para pedagang dengan mendirikan koperasi pedagang yang bernama Nahdlatut Tujar pada tahun 1919. Selain itu juga KH. Wahab Hasbulllah bersama KH. Ahmd Dahlan Achyad (Pondok Kebondalem) juga membentuk madrasah dengan nama Taswirul Afkar yang mempunyai tujuan utama yaitu menyiapkan tempat bagi anak-anak utuk mengaji dan belajar lalu ditujukan untuk membela kepentingan Islam tradisionalis. Catatan Feillard sedikit mengoreksi bahwa alur wacana penulisan Barat maupun modernis yang hanya melihat sejarah kelahiran NU dalam konteks yang sempit. Tidak menafikan persaingan antara Islam Modernis dan Tradisionalis tetapi ini menggambarkan sejarah dan latar belakang lahiryna NU yang panjang, dimana KH. Wahab Hasbullah adalah tokoh penting dalam sejarah berdirinya NU yang berperan sebagai aktor intelektual sekaligus pengerak dan fasilitator dalam pendirian organisasi NU. Selain itu ada Tokoh yang lain seperti KH. Hasyim Ay’ari adalah sumber legitimasi dalam pendirian organisasi NU sekaligus rais akbar yang pertama selain itu ada KH. Bisri Sjansuri yang dikenal sebagai mediator dan penjaga keilmuan guru-gurunya dan tokoh -tokoh yang laian.

Pada tahun 1922 kalangan tradisionalis meningkatkan kegiatan kemasjidan yang dikordinir oleh suatu badan yaitu Ta’mirul Masjid. Dalam perkembangannya mengadakan kursus-kursus agama bagi orang dewasa dengan cara diberi pengarahan agama di Madrasah Nahdlatul wathan dalam 3 kali seminggu. Dari pengajian tersebut KH. Wahab menggerakkan para pemuda diantaranya Abdullah Ubai, Mahfudz Shidiq dan Thohir untuk mendirikan Syubbanul Wathan yang didirikan pada tahun 1924 yang mempunyai peran utama yaitu membangun dan membangkitkan semangat kaum pemuda untuk bersama-sama dengan pemuda lainnya, dan mempersatukan kekuaatan pemuda untu memperjuangkan hak-haknya yang terjajah di negeri sendiri, selain itu juga mempunyai kegiatan membahas masalah agama, dakwah, peningkatan pengetahuan bagi anggota dan sebagainya, Syubbanul Wathan dalam perkembangannya menjadi GP Ansor.

Dari kalangan Tradisionalis sendiri menyebutkan bahwa pasca kongres di Bandung KH. Wahab Hasbullloh berusaha sowan kepada beberapa kiai untuk mengadakan musyawarah dengan kiai lain yang sehaluan. Langkah KH. Wahab ini mendapatkan sambutan positif dari para Kiai atau  Ulama terkemuka diantaranya adalah KH. Hasyim Asy’ari. Ahirnya pada tanggal 16 Rajab 1344 H/31 Januari 1926 M bertempat di Surabaya di kediaman KH. Wahab Hasbullah para ulama atau kiai mengadakan pertemuan. Diantara Ulama yang hadir dalam pertemuan tersebut adalah KH. Hasyim Asy’ari, KH. Bisri Sansuri dari Jombang, KH. Ridlwan Abdullah dari Surabaya, KH. R. Asnawi dari Kudus, KH. Ma’sum dari Lasem, KH. Nawawi dari Pasuruan, KH. Nahrowi dari malang,  KH. Alwi Abdul Aziz dari Surabaya dan lain sebagianya.

Pertemuan ulama-ulama khoss tersebut menghasilkan beberapa keputusan penting diantaranya:pertama, meresmikan dan mengukuhkan Komite Hijaz yang akan dikirim menemui Raja Ibnu Saud. Komite ini akan mengirim delegasi sendiri pada acara Kongres di Makkah yang terdiri dari KH. Wahab Chasbullah dan Syaikh Ahmad Ghunaim Al-Mishri. Tugas mereka adalah menemui langsung Raja Ibnu Saud untuk menyampiakan tuntutan agar ajaran madzhab empat dihormati dan kebebasan melakukan praktek peribadatan yang lain. Raja Ibnu Saud dapat menerima usulan mereka, tetapi untuk poin yang terahir tidak jelas. Jawaban tertulis raja Ibnu Saud akan menjamin dan menghormati ajaran empat madzhab dan faham ahlussunnah wal Jamaah. Kedua,pertemuan di Surabaya tersebut bersepakat membentuk Jam’iyah sebagai wadah persatuan para Ulama dalam tugasnya memimpin umat menuju terciptanya izzatul Islam wal Musimin (kejayaan Islam dan Kuam Muslimin). Jam’iyah ini diberi nama Nahdlatul Oelama (NO) atau Nahdatul lama (NU) menurut ejaan yang disempunakan. Secara sigkat tujuan jamiyah ini adalah untuk membina terwujudnya masyarat Islam berdasarkan akidah ahlusunnah wal jamaah.

Pertemuan di Surabaya juga didorong oleh faktor lain diantaranya: satu, langkah politik Hindia Belanda yang memberlakukan pembatasan bagi kaum Muslimin yang ingin melakukan ibadah haji. Dua, Prinsip ulama yang berpegang teguh pada qaidah al-muhafadzah ala qadim al-salih wa al-akhdzu bil jadid al-ashlah (menjaga kesinambungan tradisi lama yang baik dan mengambil  tradisi baru yang lebih baik). KH. Hasyim Asy’ari menyusun Al-Qanun Al-Asasiy dan Risalah Ahlussunnah wal Jamaah dalam rangka menegaskan pinsip dasar Organisasi NU dan kemudian menjadi landasan dalam Khittah NU. Hal ini dapat dilihat bahwa latar belakang berdirinya NU bukan hanya karena adanya gesekan dengan kaum modernis saja, akan tetapi ada hal lain yang mana sudah berjalan dan dilakukan oleh para Ulama dan kaum Tradisionalis yaitu semangat nasionalisme yang tinggi dari para Ulama dan masyarakat kaum tradisionalis, ditambah semangat kauam tradisionalis dalam merawat tradisi dan kebudayaan Nusantara sebagai pondasi dalam dakwah dan dalam mengamalkan ajaran agama.

Dalam 15 tahun pertama  NU megalami perkembangan yang sangat pesat, hal ini dapat dilihat dari prosentase peserta Mu’tamar NU dari tahun ketahun yang bertambah, jumlah Anggota NU mengalami peningkatan pada tahun 1938 yaitu mencapai 100.000 anggota, jumlah kepengurusan Cabang NU yang menigkat menjadi 120 Cabang pada tahun 1942. Selain itu juga pertumbuhan kompleksitas organisasi dengan terbentuknya divisi-divisi dan dewan-dewan atau departemen. Desakan untuk merangkul kalangan pemuda mendorong terbentuknya sayap-sayap organisasi seperti organisasi Islam yang lain. Dalam proses perkembangannya, sistem keorganisasian Nahdlatul Ulama mengalami peningkatan sesuai dengan kebutuhan dan tuntunan. Kepengurusan NU terdiri dari Mustasar, Syuriah dan Tanfidziah. Selain itu NU juga membentuk Perangkat Organisasi untuk melaksanakan usaha-usaha dalam rangka mencapai tujuan organisasi maka terbentuklah perangkat organisasi yang terdiri dari: Lembaga, Lajnah dan Badan Otonom yang merupaan bagian dari kesatuan Organisasi NU. Tingkat kepengurusan NU terdiri dari Pengurus Besar, Pengurus Wilayah, Pengurus Cabang, Pengurus Majelis Wakil Cabang dan Pengurus Ranting.

Jumat, 13 Juli 2018

KH   Shodiq, Sahabat Karib Gus Dur Wafat


KH Ahmad Shodiq, Mustasyar PBNU

JejakNUsantara- Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Berita duka datang dari Keluarga Besar PP Darussalam, telah berpulang ke rahmatullah, Mustasyar PBNU KH Ahmad Shodiq yang merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Darussalamah, Braja Dewa, Lampung Timur pada Jumat (13/7). Mbah Shodiq yang merupakan sahabat karib KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) wafat di Rumah sakit Urip Sumoharjo Bandarlampung, sekitar pukul 15.00 WIB setelah beberapa hari dirawat.

Berita duka ini disampaikan Wakil Rais Syuriyah PWNU Lampung KH Sholeh Bajuri melalui sambungan telepon yang diterima NU Online. Berita duka ini pun segera tersebar ke seluruh keluarga besar NU Lampung melalui media sosial.

"Telah wafat Al-Mursyid Al-Allamah KH Ahmad Shodiq pengasuh Pondok Pesantren Daarussalamah, Brajadewa,  Lampung Timur. Semoga khusnul khatimah dengan iringan doa allahummaghfir lahu warhamhu waafihi wafu anhu," tulis Kiai Sholeh.

KH Ahmad Sodiq merupakan mursyid tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah yang semasa hidupnya dikenal memiliki kedekatan dengan banyak orang, salah satunya dengan Gus Dur.

Kisah kedekatan keduanya tergambar ketika bertemu. Masing-masing akan berebut saling mendahului untuk mencium tangan. Gus Dur mencium tangan Mbah Sodiq, demikian juga Mbah Sodiq pun ingin segera mencium tangan Gus Dur.

Rupanya kedua tokoh itu menganggap satu sama lain sebagai guru. Gus Dur memposisikan Mbah Sodiq sebagai gurunya, demikian pula Mbah Sodiq menganggap Gus Dur adalah guru.

Alkisah saat Mbah Kiai Sodiq berziarah ke makam Gus Dur di Pesantren Tebuireng Jombang, ada seorang santri yang mengenal sosok Mbah Sodiq dan tahu kedekatan Mbah Sodiq dengan Gus Dur. 

Melihat sosok Mbah Sodiq, santri tersebut lalu mengejar Mbah Sodiq dan meminta bersalaman mencium tangan. Aksi santri tersebut lalu diikuti para santri lainnya dan menyebabkan suasana menjadi riuh.